Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

P5 Bikin Sekolah Semakin Dekat dengan Masyarakat

14 November 2023   09:48 Diperbarui: 14 November 2023   17:46 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:  Siswa Kelas 8 SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, dikenalkan ecoprint hasil dari berguru di pengusaha batik ecoprint. (Dokumentasi pribadi)

Dengan begitu, jelas bahwa dalam pembelajaran P5, siswa diberi ruang untuk aktif. Mulai dari perencanaan proyek, pelaksanaan, hingga penyelesaian, siswa terlibat di dalamnya. Jadi, proyek ini adalah proyek siswa. Sementara, guru lebih berperan sebagai fasilitator.

Sebagai fasilitator, guru tak selalu memiliki potensi untuk memfasilitasi siswa dalam proyek. Sekalipun dalam perannya --berdasarkan pengalaman pembelajaran P5 yang sudah berjalan--- guru tak  sendiri. Guru tergabung dalam tim.

Oleh karena itu, demi memenuhi kebutuhan pembelajaran P5, sekolah acap kali menggandeng kelompok  masyarakat dalam beragam bidang keahlian. Hal ini terjadi karena tema-tema proyek yang ditawarkan (ada di dalam Kurikulum Merdeka) mereka lebih menguasai.

Tema-tema itu adalah (1) gaya hidup berkelanjutan; (2) bhineka tunggal ika; (3) kearifan lokal; (4) kewirausahaan; (5) bangunlah jiwa dan raga; (6) berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI; dan (7) suara demokrasi.

Menyadari bahwa  kelompok masyarakat yang memiliki keterampilan (khusus) dalam bidangnya masing-masing, maka sekolah dengan suka cita berguru kepada mereka. Mereka (kelompok masyarakat ahli di bidangnya) berbagi ilmu dan keterampilan. Baik kepada guru maupun langsung kepada siswa.

Seperti sekolah tempat saya mengabdi, misalnya, baru-baru ini sedang menggandeng pengusaha batik ecoprint (cetak ramah lingkungan), ini terkait dengan tema Kewirausahaan. Kebetulan lokasi usahanya berada di dekat lokasi sekolah.

Memandang segi efektivitas dan efisiensi, guru-guru berpelatihan ke lokasi usaha. Peralatan dan bahan tersedia. Guru-guru yang sudah berpelatihan, selanjutnya, berperan sebagai fasilitator bagi siswa saat proyek tema Kewirausahaan dengan topik Ecoprint dalam pembelajaran P5.

Ilustrasi:  Siswa Kelas 8 SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, dikenalkan ecoprint hasil dari berguru di pengusaha batik ecoprint. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi:  Siswa Kelas 8 SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, dikenalkan ecoprint hasil dari berguru di pengusaha batik ecoprint. (Dokumentasi pribadi)

Selain itu, ketika sekolah mengangkat tema Kearifan lokal dalam topik Ampyang Maulid, siswa diajak turun ke masyarakat pelaku tradisi Ampyang Maulid, yang kebetulan lokasi desa yang melakukan tradisi tersebut tak jauh dari sekolah.

Mereka berkomunikasi langsung dengan tokoh-tokoh di desa tersebut yang menggumuli tradisi Ampyang Maulid. Mereka juga berwawancara langsung dengan masyarakat desa tersebut (sebagai pelaku tradisi Ampyang Maulid) untuk mengenali dan memperoleh banyak informasi tentang tradisi Ampyang Maulid.

Hal yang sama dilakukan ketika sekolah mengangkat tema  Gaya hidup berkelanjutan dalam topik Pengomposan. Sekolah menjalin hubungan dengan salah satu perusahaan besar di Kudus, Jawa Tengah, yang melakukan pengomposan terhadap limbah organik sisa hasil olahan pabrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun