Misalnya, beberapa kali puskesmas melakukan vaksin Covid-19 terhadap murid, guru, dan karyawan. Kemudian, juga melakukan gerakan tambah darah, khususnya bagi murid putri.
Bahkan, beberapa sekolah mengadakan kerja sama dengan sekolah kejuruan yang memiliki jurusan keperawatan.
Dengan cara, misalnya, murid sekolah kejuruan tersebut melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di salah satu sekolah yang menjadi sasaran.
Di SMP tempat saya mengajar, misalnya, beberapa kali ditempati murid PKL bidang kesehatan.
Untuk memaksimalkan fungsi UKS selama PKL, mereka bertugas di UKS. Memberikan layanan kesehatan (yang sebatas mereka bisa melakukannya) kepada warga sekolah.
Hal ini, disadari atau tidak, semakin menguatkan logika murid-murid bahwa gangguan kesehatan selalu diselesaikan dengan pendekatan modern.
Karenanya, mereka bisa jadi tidak mengenal bahwa sebenarnya, selain pelayanan secara modern, ada juga pelayanan secara tradisional.
Saya memandang kadang-kadang di UKS digunakan juga untuk menangani gangguan kesehatan dengan pelayanan tradisional. Misalnya, pernah suatu kali ada murid yang terpeleset hingga terkilir.
Murid tersebut sulit berjalan. Akhirnya, dibantu berjalan sampai ke UKS. Di UKS, salah satu guru olahraga melakukan pemijatan dengan menggunakan minyak di bagian yang ditandai dapat memulihkan.
Ada juga murid putra yang oleh karena faktor tertentu tetiba sesak napas. Hingga terlihat pucat dan badannya dingin.
Oleh guru olahraga yang sama, murid ini diminta untuk menarik dan melepas napas. Tindakan ini dilakukan berulang-ulang secukupnya.