Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelulusan Tanpa Melewati Ujian, Bagaimana Kelak Murid?

21 Maret 2023   16:10 Diperbarui: 21 Maret 2023   16:12 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang ada di otak saya kemudian muncul dugaan begini. Dihapuskannya ujian bagi anak-anak berarti memberi kemerdekaan sekolah untuk mengawal dan menuntun murid sesuai dengan konteks sekolah masing-masing.

Dengan demikian, akhirnya sangat mungkin ada perbedaan kompetensi lulusan sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Ini tentu sesuai dengan keragaman potensi wilayah yang ada di Indonesia.

Murid yang ada di Irian Jaya, misalnya, tentu memiliki kompetensi yang terkait dengan potensi di Irian Jaya. Dan, itu tentu akan berbeda dengan kompetensi murid yang ada di Jakarta, yang tidak memiliki potensi seperti yang dimiliki oleh Irian Jaya.

Ini barangkali yang hendak diwujudkan melalui Kurikulum Merdeka. Setiap daerah, sekolah, guru, bahkan murid memiliki kemerdekaan dalam pembelajaran yang tentu sesuai dengan potensi dasar yang dimiliki masing-masing. Sehingga kompetensi optimalnya dapat diraih untuk dapat mempertahankan dan melangsungkan kehidupan.

Jadi, melihat kerangka berpikir yang demikian, dihapuskannya ujian boleh jadi justru mampu menumbuhkembangkan kompetensi diri murid sesuai dengan karakteristiknya, yang terhubung dengan potensi wilayah masing-masing.

Dengan begitu, selesai mengenyam pendidikan, mereka  dapat mengembangkan, setidaknya, potensi di daerahnya. Yang, selanjutnya dapat memberi sumbang sih bagi bangsa dan negara.

Kompetensi murid dimungkinkan dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal karena murid tidak dibatasi oleh ujian, yang instrumennya cenderung seragam. Yang, dapat dipastikan bahwa instrumen seperti itu tidak dapat menjawab keberagaman kompetensi murid.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penghapusan ujian tidak serta merta patut dimaknai bisa menyebabkan kemalasan murid. Dalam jangka pendek, satu-empat tahun sejak ujian ditiadakan, mungkin ya. Murid kehilangan semangat belajar.

Tetapi, dalam jangka menengah-panjang, mungkin lima tahun dan seterusnya, murid sudah menemukan passion-nya yang terhubung dengan potensi wilayah/daerahnya. Sehingga memungkinkan kompetensinya meningkat.

Memandang begitu kenyataannya, letak ujian murid tidak berada pada satu waktu tertentu seperti yang sudah-sudah. Tetapi, ujiannya justru berlangsung selama mereka berproses dalam belajar. Bukankah begitu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun