Kami menengarai ada murid kami yang menitipkan motor di rumah temannya yang berlokasi dekat sekolah. Gejala yang ini, kami sulit menjangkaunya. Tidak mungkin kami "menarik" motor itu ke sekolah.
Seharusnya orangtua/wali murid turut menasihati. Tidak membiarkan gejala ini semakin meluas. Tidak juga menyediakan tempat parkir. Â
Kalau demikian yang dilakukan, Â peran orangtua/wali murid sama persis dengan peran sekolah. Yaitu, mendidik dan membina anak-anak secara bertanggung jawab.
Kalau mau jujur, fenomena mengendarai motor abai terhadap aturan berlalu lintas tidak hanya dilakukan oleh anak-anak. Tetapi, juga dilakukan oleh orang dewasa.
Jangan-jangan malah kita sendiri salah satu pelakunya. Misalnya, sesekali berkeliling melalui  jalan perumahan/kampung dengan tidak mengenakan helm.
Mengenai pengenaan helm, kita mafhum, tidak ada pembedaan antara bermotor di jalan kampung atau jalan raya. Setiap mengendarai motor, baik di jalan kampung maupun jalan raya, hukumnya wajib mengenakan helm.
Barangkali hal-hal penyederhanaan seperti ini  yang memengaruhi banyak orang, termasuk anak-anak, kurang taat terhadap tata tertib berlalu lintas. Di antaranya tidak mengenakan helm saat berkendara motor.
Meniru kita
Kebiasaan anak-anak yang abai terhadap tata tertib berlalu lintas, ditambah sebagian orang dewasa yang berperilaku sama, tanpa ada penanganan secara baik dari pihak yang berwajib, dipastikan melahirkan pemandangan yang buruk dan memprihatinkan di jalanan.
Fenomena begitu akhirnya bisa saja menjadi buah bibir banyak orang. Bahkan, bukan mustahil dibikin  konten dan terpublikasi. Sehingga, dunia luar pun melihatnya.
Jika demikian halnya, perilaku sebagian masyarakat kita yang abai terhadap tata tertib berlalu lintas, dapat diketahui oleh siapa saja. Termasuk wisman.