Ada sensasi lain ketika naik angkot bersama. Ramai. Seru. Tidak ada yang sedih. Semua terlihat ceria sekalipun berdesakan. Justru dalam situasi dan kondisi seperti itu, anak-anak merasa senasib sepenanggungan. Tidak ada kasta di antara mereka. Semua sederajat.
Semangat jiwa yang didapat
Semangat jiwa tersebut merupakan salah satu ciri seorang pemimpin. Ia dapat menerima semua perbedaan. Menempatkan semua yang berbeda dalam pandangan yang sama. Lebih-lebih dalam konteks keindonesiaan, yang memang berbeda-beda.
Pemimpin yang dapat merangkul perbedaan ke dalam visi dan misi yang satu untuk kemajuan bersama sangat dibutuhkan Indonesia. Melalui hal-hal sederhana seperti dialami anak-anak dalam satu angkot (yang telah disebut di atas) dapat menjadi lahan pembenihan karakter pemimpin yang dimaksud.
Selain melalui hal-hal sederhana yang seolah tidak mengandung potensi membenihkan karakter tersebut, juga masih ada aktivitas LDK yang diarahkan untuk menanamkan jiwa kepemimpinan bagi anak-anak. Ada materi-materi kepemimpinan, organisasi, diskusi, pentas seni, renungan suci, dinamika kelompok, dan outbond.
Dalam kelompoknya, anak-anak bekerja sama. Mereka aktif mengikuti setiap kegiatan yang dilangsungkan. Antusiasme mereka berkegiatan ditandai dengan performa kelompok di hadapan kelompok yang lain. Satu kelompok dengan kelompok lain saling menyemangati. Ini pun termasuk ciri yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Dengan begitu, sikap menyemangati merupakan bagian penting seorang pemimpin. Sebab, sangat mungkin pihak-pihak yang dipimpin membutuhkannya. Dorongan semangat dari pemimpin memiliki daya yang lebih kuat daripada dorongan semangat dari pihak lain. Pengakuan pemimpin menjadi energi untuk bangkit.
Keterbatasan sarana prasarana di lokasi LDK merupakan kondisi yang mendorong anak-anak lebih kreatif, inovatif, dan menerima apa adanya. Mereka berlatih mengendalikan ego sendiri. Tidak memaksa keinginan harus terpenuhi. Pemimpin harus realistis; tidak mengada-ada.
Bahkan, dalam LDK, perihal berbagi dan bersabar hampir selalu ada dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan yang bersifat pribadi. Misalnya, saat mandi, makan, tidur, buang air besar, dan buang air kecil. Karena, sarana yang dibutuhkan terbatas. Sementara itu, yang membutuhkan banyak.
Jadi, setiap aktivitas di LDK yang diikuti oleh pengurus OSIS (baru) mengandung didikan tentang kepemimpinan. Agar mereka menjadi kader pemimpin, setidaknya pemimpin atas teman-temannya di sekolah, di komunitas pergaulan, dan atas dirinya sendiri.