Aktivitas pengomposan yang dilakukan oleh siswa tersebut merupakan projek penguatan profil pelajar Pancasila di sekolah tempat saya mengajar.Â
Projek tersebut dikhususkan bagi siswa Kelas VII sebab pembelajarannya bersumber dari Kurikulum Merdeka. Sementara, Kelas VIII dan Kelas IX masih bersumber dari Kurikulum 2013.
Pengomposan dipilih sebagai topik projek penguatan profil pelajar Pancasila karena relatif mudah dilakukan dan murah. Alat dan bahan yang diperlukan mudah didapat dan tidak membutuhkan biaya besar. Bahkan, bahan-bahan yang dibutuhkan tersedia di lingkungan sekolah, kecuali berambut.
Lebih daripada itu, ada nilai atau karakter yang dapat dikuatkan dalam diri siswa dalam projek tersebut, yang sesuai dengan amanah Kurikulum Merdeka. Melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila, siswa (diharapkan) memiliki karakter seperti yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Salah satu karakter tersebut adalah beradab. Beradab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti (1) mempunyai adab; mempunyai budi bahasa yang baik; berlaku sopan, (2) telah maju tingkat kehidupan lahir batinnya.
Indikator seseorang yang memiliki kematangan kehidupan lahir batin di antaranya adalah ia seseorang yang peduli terhadap lingkungannya. Peduli terhadap lingkungan dalam konteks pengomposan mengajak siswa berani kotor dan berbagi.
Kita mafhum, pada zaman sekarang banyak anak yang merasa takut, jijik, dan malas-malasan bersentuhan dengan tempat-tempat atau barang-barang yang kotor. Sikap demikian terjadi karena lingkungan tempat mereka dibesarkan kurang mendukung.
Malah sebaliknya yang terjadi. Ketika mereka berdekatan dengan tempat-tempat atau barang-barang yang kotor, sering orangtua melarang. Orangtua khawatir terhadap mereka kalau-kalau mereka sakit atau terjadi hal yang tidak diinginkan. Tentu saja orangtua yang bersikap demikian wajar sebab mereka (mungkin) belum melihat ada hal-hal baik di balik semua itu.
Kotor itu belajar
Anak yang diberi kesempatan bersentuhan dengan tempat-tempat atau barang-barang yang kotor berarti mereka belajar. Belajar berani menghadapi kenyataan bahwa tidak semua hal yang dihadapi selalu bersih, menyenangkan, dan menyegarkan. Tetapi, ada hal-hal yang kotor, menjijikkan, dan berbau.