Saya, sebagai guru, sangat sedih. Sebab, sementara guru dituntut untuk membangun moral dan mental anak-anak, sementara di luar "sana" terlihat praktik-praktik hidup yang mencederai moral dan mental anak-anak.
Bukankah hal itu membuat tugas guru semakin berat? Sebab, teladan-teladan buruk yang dapat dilihat anak-anak di masyarakat justru seperti praktik di laboratorium yang mudah diingat anak-anak. Dan, mudah melekat di kepala mereka, yang bukan mustahil mereka cepat menirunya.
Kalau hal tersebut tak disadari oleh orang-orang yang lebih dewasa, maka jangan menyesal kalau kita akan menemukan generasi penerus yang tak lebih baik dari generasi sekarang. Sebab, sekuat apa pun berkarya, kalau tak mendapat dukungan dari masyarakat, guru akan roboh juga.
Masakan guru berseteru dengan masyarakat? Guru dan masyarakat bukankah sejak dulu partner kerja untuk mendidik anak-anak? Sebab, tiga pusat pendidikan, dua di antaranya adalah sekolah (guru) dan masyarakat.
Artinya, guru dan masyarakat berkarya bersama di bidang pendidikan, termasuk pendidikan karakter, untuk anak-anak. Jadi, sejatinya, baik buruknya anak-anak kita tergantung kerja baik sekolah dan masyarakat, juga (tentu saja) keluarga. Oleh karena itu, mari memberi teladan baik bagi anak-anak!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI