Memandang merupakan aktivitas secara refleks, yang dialami oleh setiap orang. Sebab, di sekitar orang, banyak hal yang menarik untuk dipandang. Ternyata, memandang tak hanya bisa dengan indra mata, tapi bisa juga dengan hati dan pikiran.
"Memandang" dengan hati dan pikiran bahkan  sebagai aktivitas yang dahsyat. Sebab, selain dapat memandang hal yang tampak oleh mata, dapat juga memandang hal yang tak tampak oleh mata.
Perkataan orang, misalnya, hal yang  tak dapat dipandang oleh indra mata. Tapi, dapat "dipandang" oleh hati dan pikiran. Sehingga, hati dan pikiran seseorang dapat menanggapi perkataan orang lain.
Tidak hanya dapat memandang perkataan, hati dan pikiran juga dapat memandang keinginan dan jalan pikiran orang. Padahal, Â keduanya tak dapat dilihat, dicium, diraba, didengar, dan dicecap. Begitulah dahsyatnya hati dan pikiran ketika menghadapi sesuatu.
Oleh karena itu, ada buruk dan baiknya ketika hati dan pikiran memandang sesuatu. Ketika hati dan pikiran memandang sesuatu dari sisi negatif, akan muncul respon negatif. Sebaliknya, tatkala hati dan pikiran  memandang sesuatu dari sisi positif, akan muncul respon positif.
Bahkan, ketika hati dan pikiran memandang dari sisi negatif sangat mungkin mengakibatkan  perselisihan. Karena, sisi negatif dapat memantik kejahatan, baik kejahatan dalam perasaan, pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Dan,  kejahatan dalam perasaan, pikiran, perkataan, dan perbuatan sangatlah merugikan.
Tak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga pihak lain dan lingkungan. Kerugian dapat bersifat personal dan komunal. Kita dapat menjumpai kenyataan tersebut di mana dan kapan pun.
Perselisihan yang terjadi di atas bumi, di setiap negara, di dalam keluarga, dan antar pribadi berawal dari memandang sisi negatif pihak satu oleh pihak yang lain. Pihak satu merasa direndahkan. Kemudian, Â merasa tersinggung dan akhirnya terjadi perselisihan.
Tak mungkin terjadi perselisihan di atas bumi, di setiap negara, di dalam keluarga, dan antar pribadi kalau selalu memandang sisi positif pihak satu oleh pihak yang lain. Pihak satu merasa dihargai. Kemudian, merasa senang dan bahagia dan akhirnya menjalin persahabatan.
Nilai persahabatan (baca: persaudaraan) tak hanya dinikmati oleh pihak satu, sementara pihak lain tidak. Kedua pihak sama-sama merasakan nilai persaudaraan. Mereguk persaudaraan secara bersama merupakan pesta kemanusiaan yang akbar.