Di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan yang sederajat, sekolah menengah atas (SMA)/sekolah menengah kejuruan (SMK) dan yang sederajat, sudah ada organisasi siswa intra sekolah (OSIS). OSIS merupakan organisasi tingkat sekolah yang ruang lingkup kerjanya lebih luas.
Selain itu, umumnya sudah ada unit-unit kegiatan sekolah, yang di dalamnya ada kepengurusannya. Unit-unit kegiatan itu, di antaranya ekstra basket, ekstra melukis, ekstra bola voli, ekstra teater, ekstra penelitian ilmiah, dan ekstra tari.
Di dalam semuanya itu, anak-anak sudah dikenalkan struktur keorganisasian. Langsung implementasi, tidak teoretis. Anak-anak mempraktikkan bekerja dalam organisasi. Mereka bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam organisasi.
Dari situ didapatkan beberapa nilai kehidupan, di antaranya bekerja sama, saling menghargai, bertanggung jawab, disiplin, berpikir kritis (diskusi), dan kepemimpinan.
Nilai-nilai kehidupan tersebut penting bagi semua orang, termasuk anak-anak. Sebab, anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Kalau generasi yang tua sudah memasuki masa pensiun, tentu yang meneruskan generasi muda. Generasi muda yang tangguh dibentuk sejak anak-anak.
Oleh karena itu, organisasi di sekolah yang dapat menjadi wadah pembentukan generasi penerus yang tangguh, tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi sekarang, beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) membuka penerimaan mahasiswa jalur ketua OSIS.
Memandang betapa pentingnya peran organisasi di sekolah dalam pembentukan potensi dan prospek masa depan anak, sudah seharusnya orangtua/wali murid merespon positif. Selanjutnya, orangtua/wali murid mendorong anak-anak mereka ambil bagian dalam organisasi di sekolah.
Orangtua/wali murid yang tak memperbolehkan anaknya terlibat dalam organisasi di sekolah, harus mau berubah. Berubah mengizinkan anak-anak mereka bergabung dalam organisasi di sekolah. Juga melarang anak-anak mundur dari organisasi di sekolah.
Orangtua/wali murid wajib mengerti keberadaan organisasi di sekolah. Tidak membedakannya dengan aktivitas belajar (kegiatan intrakurikuler). Apalagi merendahkan organisasi di sekolah dan memosisikannya di bawah aktivitas belajar.
Aktivitas belajar dan keorganisasian di sekolah sejatinya sama. Yaitu, sama-sama mempersiapkan anak agar memiliki potensi diri secara optimal, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Aktivitas belajar dan keorganisasian di sekolah justru saling melengkapi untuk kepentingan potensi anak.
Itu sebabnya, kalau ada pemikiran keterlibatan anak dalam organisasi di sekolah, misalnya, menjadi pengurus OSIS, mengakibatkan anak ketinggalan pelajaran, kebanyakan kegiatan, dan menyita banyak waktu, tak sepenuhnya benar.