Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menjaga Bahasa Indonesia Melalui Chatting di Media Sosial

31 Desember 2021   13:26 Diperbarui: 5 Januari 2022   05:23 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk siswa SMP dan yang sederajat, misalnya, seminggu hanya enam jam pelajaran dengan 40 menit per jamnya. 

Jadi, saya berani memastikan bahwa kebanyakan kelemahan anak-anak sekolah berbahasa Indonesia (terutama) tulis akibat dari kebiasaan berbahasa buruk mereka saat chatting.

Sangat sederhana melogikanya. "Kebiasaan" --yang bukan tidak mungkin lambat laun bisa menjadi budaya-- pasti mengalahkan "belajar" yang waktunya terbatas. 

Kalau setiap chatting, anak menggunakan bahasa yang buruk, bahasa yang baik yang sudah dipelajari di sekolah pun sudah pasti tidak dapat berkembang, sebaliknya malah berangsur menghilang.

Saya menemukan kenyataan seperti itu di sekolah tempat saya mengajar. Tidak mudah membimbing siswa belajar mapel bahasa Indonesia. Belajar tentang tanda baca dan ejaan, misalnya, harus diulang beberapa kali. Dan itu pun tidak menjamin siswa bisa.

Celakanya, kebiasaan bahasa dalam chatting tampaknya lebih mendominasi pikiran mereka daripada bahasa yang diajarkan di sekolah. Karena, frekuensi penggunaan bahasa chatting lebih sering ketimbang bahasa di sekolah. Lambat laun hal ini, disadari atau tidak, mengakibatkan adanya sikap kurang peduli terhadap kewibawaan bahasa Indonesia.

Orang tidak lagi memedulikan tata bahasa. Setiap mereka berkomunikasi (secara tulis) hanya mementingkan pesan komunikasi tersampaikan. Mungkin tanpa sadar kita pun melakukannya. Demikian juga orang-orang di sekitar kita.

Padahal, kita mengetahui bahasa Indonesia senantiasa mengalami pembaruan. Dari sisi ejaan, misalnya, mengalami beberapa kali pembaruan. 

Setidaknya pernah ada Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Soewandi, Ejaan yang Disempurnakan (EYD), dan sekarang ada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Semua itu dilakukan tentu untuk menjaga kewibawaan sekaligus mengembangkan bahasa Indonesia. Walaupun sejauh ini kita belum berpikir secara serius menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.

Namun, mestinya, kita --sang pemilik bahasa Indonesia-- merasa bangga sebab bahasa Indonesia sudah dipelajari banyak bangsa. Bahkan, beberapa perguruan tinggi di luar negeri, di Jepang, misalnya, memiliki program studi bahasa Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun