Demikian juga agar pendamping tetap memiliki kekuatan karena penghiburan pembesuk. Kuat secara fisik dan psikis dalam menjagai atau mendampingi pasien sangat mutlak.Â
Orang dalam keadaan tidak kuat secara fisik dan psikis tidak ada manfaatnya menjagai atau mendampingi pasien. Bisa-bisa ia malah terkena penyakit sendiri karena stamina tidak kuat.
Membangun nilai kemanusiaan
Aktivitas besuk sangat menguntungkan pembesuk sendiri. Sebab, besuk orang sakit membangun nilai sosial pada dirinya. Ia dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Apalagi kalau aktivitas besuk dilakukan secara kolektif.
Pertama, ia dapat membangun komunikasi dengan sesama pembesuk. Dalam konteks ini, satu pembesuk dengan pembesuk yang lain semakin akrab atau guyub. Mereka dapat merasakan keadaan yang sama. Mereka dapat menanggung bersama biaya yang dibutuhkan, misalnya. Berangkat bersama; pulang bersama. Cara ini sangat membangun nilai sosial pada diri seseorang.
Bukan tidak mungkin kondisi itu dapat menjadi ruang belajar. Misalnya, yang dulunya tinggi hati, berubah menjadi rendah hati. Yang dulunya rendah diri, berubah menjadi optimis dan percaya diri. Jadi, besuk bersama-sama, Â baik di rumah sakit maupun di rumah, sangat memungkinkan orang memiliki nilai kemanusiaan semakin meninggi.
Kedua, pembesuk dapat berhubungan dengan pasien, sekurang-kurangnya dapat melihat pasien. Sehingga sangat mungkin ia dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pasien. Di sini, orang membangun rasa empatinya terhadap sesamanya.
Selain itu, pembesuk dapat berintrospeksi diri. Dengan memiliki empati terhadap orang yang dibesuk, introspeksi diri dapat terbangun. Setidak-tidaknya, ia menghayati bahwa seseorang selalu dekat dengan sakit sebab seseorang juga sehat. Bukankah ada sehat pasti ada sakit?.
Dengan berintrospeksi diri, seseorang dapat lebih berhati-hati. Tentu juga lebih rendah hati. Dapat mengucap syukur atas segala yang dialaminya. Dan, mengucap syukur berarti mengakui adanya Tuhan. Jadi, aktivitas besuk, dapat membangun seseorang semakin beriman kepada Tuhannya.
Begitulah kira-kira, renungan dari aktivitas yang kami lakukan beberapa waktu sebelum saya menulis artikel ini. Ada teman yang sakit, tapi begitu tiba-tiba sakitnya. Karena sehari sebelumnya masih bertemu dengan saya, bersama-sama melakukan aktivitas yang sama juga.
Katanya, sehabis mengadakan pelayanan malam Natal, 24 Desember 2019, tiba-tiba perutnya sakit. Sakitnya dirasakan sampai punggung, bahkan menjalar ke seluruh bagian tubuh. Akhirnya, masuk ke rumah sakit karena dianggap darurat. Kami besuk ia dan tampak sudah membaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H