Selain itu, guru bisa mengetahui ada anak yang berbadan gemuk, kurus, pendek, dan jangkung. Berwajah ganteng, cantik, kurang ganteng, dan kurang cantik. Berkulit hitam, cokelat, dan putih. Berpikir cerdas dan kurang cerdas.
Jadi, guru sebenarnya berada dalam keadaan yang tidak membosankan karena tidak berhadapan dengan hal yang monoton, tapi banyak varian. Jadi seperti berada dalam panggung penuh hiburan. Sehingga wajar saja kalau ada sebagian orang yang mengatakan bahwa menjadi guru itu membikin awet muda. Ya, benar. Saya saja awet muda, kok. He he he.
Tapi, tak boleh memungkiri adanya rasa sedih, kecewa, bahkan di ambang marah, saat menjumpai anak-anak didik yang sulit dibimbing karena mereka lebih mementingkan kesenangannya sendiri ketimbang menuruti tata tertib belajar. Nasihat-nasihat yang (telah) diberikan tak berguna. Karena setelah nasihat diberikan, mereka tak berubah dari kebiasaan lama.
Di dalam semua itu tak berarti tidak ada rasa senang, bahagia, dan syukur. Rasa senang itu (bahkan) selalu ada karena tak sedikit anak-anak didik yang memiliki tanggung jawab belajar.Â
Mereka datang ke sekolah memang benar-benar ingin belajar. Semangat belajar mereka tinggi. Sehingga dari mereka, prestasi-prestasi dihasilkan. Untuk dirinya sendiri, orang tua, sekolah, bahkan bangsa dan negara.
Selain itu, tak sedikit anak-anak didik yang sekalipun tidak berprestasi secara akademik atau nonakademik, mereka berprestasi secara mental-spiritual.Â
Bagi saya, justru mereka yang termasuk kelompok ini amat baik, sebab mereka sudah memiliki modal awal "yang kuat" untuk menggapai masa depan.
Masa depan tidak cukup ditentukan oleh intelektual, tapi mental-spiritual. Bahkan, sekalipun tak cerdas intelektual, seseorang yang cerdas mental-spiritual tetap memiliki jalan mudah dalam meraih masa depan gemilang. Jadi, ini pun aspek-aspek yang membuat saya, sebagai seorang guru, memandang bahwa profesi guru itu enak.
Masih ada lagi. Ini yang sebenarnya sangat mendasar terkait dengan pengembangan profesionalisme guru. Anak-anak didik yang berasal dari latar belakang dan keadaan yang berbeda, tentu membutuhkan multipendekatan dalam pembelajaran agar mereka mengalami tumbung kembang secara maksimal.Â
Kenyataan tersebut menuntut para guru mau belajar untuk mengembangkan potensinya sebagai pendidik dan pengajar agar keberadaannya selalu dirindukan anak-anak didik di ruang belajar.
Oleh karena itu, aktivitas yang harus dilakukan guru adalah mengikuti kegiatan-kegiatan kolektif pengembangan keprofesian guru, baik yang diadakan di dalam maupun di luar sekolah.Â