Oleh karena itu, perlu kerja sama guru. Semua guru harus memiliki paradigma yang sama bahwa kegiatan upacara bendera sebagai wahana membangun sikap nasionalis.Â
Dan, mau mengerjakan bagiannya, yaitu membimbing dan mengarahkan anak-anak. Kalau mengetahui ada anak yang tidak tertib, guru harus menegur dan menasihati agar ia mengikuti upacara bendera secara tidak tertib.
Saya melihat ada guru-guru yang tidak mau repot-repot. Ia sengaja menghindar atau membiarkan anak yang tidak tertib, termasuk dalam upacara bendera. Supaya ia aman.Â
Padahal, sikap ini termasuk tidak nasionalis sebab membiarkan anak yang mencederai kegiatan upacara bendera. Bagaimana mungkin mendidik anak-anak menjadi pribadi yang nasionalis kalau gurunya saja tidak nasionalis?
Selain nilai nasionalis, semangat gotong royong juga dapat dibangun melalui kegiatan upacara bendera. Petugas upacara tidak berdiri sendiri. Satu dengan yang lain saling berhubungan. Sehingga harus bekerja sama. Sekalipun tugas mereka berbeda, tetapi harus dipadukan. Karena tidak akan ada gunanya kalau mereka mementingkan bagiannya sendiri.
Sampai sejauh ini umumnya petugas upacara sudah bekerja sama. Tidak bekerja sendiri-sendiri tanpa berkaitan satu dengan yang lain. Hanya, kalau dalam hal tertentu ada petugas yang lupa, akhirnya terlihat seakan tidak ada  kerja sama. Karena sekalipun yang mengalami kesalahan satu orang, dapat berdampak pada petugas yang lain.Â
Harus dimaklumi karena kejadian itu (tentu) tidak disengaja. Oleh karena nervous, anak-anak dapat kehilangan kontrol. Sehingga melakukan kesalahan.
Selama ini memang belum ada kesadaran adanya hubungan antara petugas upacara dengan peserta. Seolah-olah petugas upacara peraga yang harus dilihat. Sementara peserta upacara sebagai penontonnya.Â
Kalau ada kesalahan yang dialami oleh petugas dalam menjalankan perannya, dijadikan bahan tertawaan bagi peserta. Paradigma demikian harus diubah. Guru berperan penting dalam penyadaran ini.
Petugas dan peserta upacara bendera ibaratnya dua sisi mata uang. Tidak ada satunya ya yang satunya (lagi) tidak ada gunanya. Jadi, keduanya harus ada dan saling membutuhkan. Oleh karena itu, perlu bekerja sama (bergotong royong).Â
Sehingga kalau ada petugas upacara salah dalam tugasnya, peserta upacara mesti merasa sedih. Tidak malah mempergunjingkan. Karena kesalahan petugas upacara sebetulnya kekurangan pada semuanya.Â
Keduanya harus sama-sama menjaga agar upacara bendera berlangsung secara mantap. Bukankah begitu?