Dan yang pasti, mereka tidak akan paham tentang etika pergaulan Jawa, susah memahami adab Jawa, dan berbagai wulangan ( atau pengetahuan ) tentang budaya Jawa.
Karena pengajar dan siswanya, tidak pernah beridiom Jawa, baik cara komunikasinya, adat istiadatnya, maupun perikehidupan sehari-hariinya. Karena sekilas saya mendengar, anak-anak memanggil ibu mereka dengan kata : mama, bukan emak atau ibu, atau simbok.
Sementara, setelah saya baca lebih detail, ternyata para orang tua siswa sekolah PAUD ndeso itu, pada kolom pekerjaan orang tua, rata-rata petani, buruh swasta. Artinya mereka berada pada keluarga yang sebenarnya masih berada di bumi Jawa. Bagian dari Bumi Nusantara.
Dengan tidak sadar saya membuat kesimpulan : Â berarti dari sinilah sebenarnya titik awal hilangnya budaya Jawa dari bumi Jawa.
 Karena anak-anak yang selama lebih dari 2 tahun berada di sekolah atau kelompok bermain dengan adab adab yang tidak jelas ini, pasti juga akan mempengaruhi pola berfikir dan cara bertindak tidak jelas, artinya tidak paham akan adab dan budaya Jawa. Dari pola berfikir warga ( pasangan pasangan muda ) yang mulai kacau ke-Jawa-annya, kemudian diturunkan kepada generasi berikutnya ( anak-anak mereka ) menjadi pembelajaran anti Jawa, maka akan dihasilkan sebuah generasi yang tidak jelas dari mana asalnya. Dan tidak punya kerangka budaya dalam diri mereka.
Salam Pak Dhe Gondo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H