Mohon tunggu...
paman gober
paman gober Mohon Tunggu... -

penulis kumpulan cerpen pasca kematian paman gober, sehari-hari menulis dan membaca, menekuni usaha pernikahan, tinggal di jakarta dan sekitarnya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

HMI, Yakuza Berkedok Intelektual

26 November 2015   00:54 Diperbarui: 26 November 2015   00:54 2062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyoal tradisi rusuh, inilah hasil dari kegagalan kader HMI memahami dialektika politik di era demokrasi. Jangan sekali-kali meragukan kapasitas intelektual aktivis HMI. Dialektika politik juga dialektika sejarah, dan para aktivis tentu sudah khatam sabda Fukuyama tentang ini. Akan tetapi sebagai praktisi, faktanya mereka tidak siap. Imbasnya dalam setiap musyawarah, para kader HMI penggembira (istilah konsensusnya Romli atau rombongan liar, yaitu anggota HMI non pengurus yang meramaikan musyawarah atau kongres HMI) diplot menjadi korban sekaligus pelaku kekerasan. Pertanyaannya, mengapa kaum romli mau-mau saja dilibatkan dalam keributan? Ini tak lain dari doktrin senior aktivis mereka sendiri. Romli mempunyai karakteristik: usia muda, 20-25 tahun; mudah diprovokasi dan emosinya tidak stabil; masih sangat mematuhi senior; belum punya pemahaman cukup tentang realitas organisasi; dalam banyak hal romli diiming-imingi dengan imbalan uang atau jabatan dalam kepengurusan tingkat bawah.

Untuk itu pula tidak sulit memahami mengapa kongres HMI selalu rusuh. Dalam konteks tertentu HMI sekarang tidak berbeda jauh dengan geng tertentu yang sering melakukan kekerasan. Ditambah lagi anggota organisasi besutan Lafran Pane ini jumlahnya terus meningkat. Jumlah cabang HMI bahkan melebihi jumlah kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Maka ibarat geng Yakuza Yamaguchi-Gumi yang terkenal di Jepang dan baru saja mengalami perpecahan untuk yang kesekian kali. Perpecahan ini yang pasti disebabkan oleh kepentingan faksi-faksi yang yang tidak diakomodir. Jika tidak diredam hal ini akan semakin parah. Mungkin saja anarkisme kader HMI lebih menyeramkan dari yang pernah dibayangkan orang, dan pada akhirnya intelektual hanyalah kertas anggaran dasar yang menjadi pembungkus belaka dari wajah sebenarnya.

Bekasi, 26 November 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun