Mohon tunggu...
muhammad ali ma'sum
muhammad ali ma'sum Mohon Tunggu... -

penikmat kopi, pencuri sepi, dan pemikir yang tidak akan pernah berhenti berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Secangkir Kopi dan Sepotong Rindu

9 November 2015   10:56 Diperbarui: 9 November 2015   11:39 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“iya, makasih ya dek, mas malah lupa gag ngasih apa-apa buat adek, hehe”

“gapapa mas, adek gag minta apapun kok, adek cuma minta mamas disana jaga kesehatan, jaga kepercayaan yang sudah adek berikan, dan tetep berjuang buat impian kecil kita ya mas.”

“syiaaaappp komandan, mamas berangkat ya dek, kasian pilotnya sudah nunggu itu, hehe”

Candaan yang coba kukeluarkan agar perpisahan ini tidak hanyut dalam nuansa haru. Kami pun tersenyum, dia salim cium tangan seperti biasanya, dan akhirnya aku bergegas ke pesawat dan meninggalkannya untuk sementara demi bersama setelahnya.

Perpisahan yang masih sangat jelas terekam hingga saat ini. Setiap detailnya masih tergambar sangat jelas di memoriku. Bahkan senyumnya, aku masih bisa melihatnya sampai saat ini. Bagaimana dengan pemberiannya? Aku hampir lupa..

Sesampainya dikamar baru, aku mulai membuka tas yang kubawa dan bermaksud untuk menatanya. Dan perhatianku langsung tertuju ke bungkusan kecil yang terselip dipojok kanan atas carrier ku, dan benar itu adalah pemberiannya.

Bungkusan kecil yang terbungkus rapi, dibungkus dengan kertas koran bekas, dan tanpa pita. Seperti itulah kekasihku, apa adanya meski sebenarnya ia termasuk dalam kasta orang berada, dan karena itu aku yakin untuk memilihnya.

Perlahan aku mulai membuka bungkusan kecil itu. Setelah kusobek koran yang membungkus, kutemukan kejutan lain, kotak kecil yang membungkus pun tak lain adalah kardus bekas mie instan yang ia bentuk menjadi sebuah kotak kecil persegi empat. “aneh aneh aja anak ini”, pikirku kala itu. Setelah kubuka kotak hadiah yang terbuat dari kardus bekas itu aku temukan satu buah cangkir dan segulung kecil tissue yang diikat dengan karet kecil.

Penasaran dengan tisuue nya, akupun membuka ikatan tissue yang tergulung rapi itu. Dan tepat seperti bayanganku, itu adalah surat yang ditulisnya untukku menggunakan tissue, yang isinya seperti ini..

“teruntuk calon imam dunia akhiratku

Senyum dulu toh mas sebelum baca, gag pernah kan selama ini mamas adek suratin, hehe..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun