Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Jatuh Cinta ke Pria Beristri Penuh Pesona (Kharismatik)

9 Agustus 2015   09:19 Diperbarui: 9 Agustus 2015   09:19 5045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="foto dari youtube.com"][/caption]

Ada ruang hatiku kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati

Ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir dirimu
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku selalu di dekatmu

Kau tanya cinta, memang banyak bentuknya
Ku tahu pasti sungguh aku jatuh hati…”

Dalam perjalanan ke kantor jumat kemarin, masuk email dari junior di kantor. Ku buka dan ku baca email tersebut. Ku pikir email dari junior tentang pekerjaan kantor, atau pemberitahuan gak masuk atau terlambat masuk kantor karena sesuatu hal, rupanya email kali ini berisi lirik lagu Raisa berjudul “Jatuh Hati” yang Saya kutipkan sebagai pembuka tulisan ini, lengkap dengan attachment link video klip dari You Tube.

Di bawah lirik lagu dan link You Tube, ada sedikit kalimat bertuliskan “Pak, mohon maaf sebelumnya kalo saya sudah lancang mengirim email ini ke Bapak. Ini adalah ungkapan isi hati saya ke bapak, Saya tak kuasa menahannya lebih lama lagi karena mengganggu pikiran dan hati saya. Jika bapak tidak berkenan, abaikan email ini, jika bapak berkenan, cukup jawab email ini dengan satu kata YES.”

Sambil membaca liriknya, Saya tonton dan dengarkan lagu Raisa “Jatuh Hati” tersebut. Ternyata lagunya enak, sudah gitu penyanyinya si Raisa sungguh cantik jelita. Dalam hati Saya bertanya “Siapa pria beruntung yang akan kejatuhan hati Raisa? Saya kalo belum menikah, siap bersaing dengan pria manapun di dunia untuk mendapatkan hati Raisa.

Pertanyaan saya yang di dalam hati rupanya didengar oleh malaikat, ia mengirim jawaban lewat seorang sahabat lama, direktur di sebuah BUMN, yang tiba-tiba mengirim BBM “Ton, datang yah ke makan malam merayakan ultahku, besok malam minggu di hotel Mulia, ada penyanyi muda bersuara merdu Raisa sebagai bintang tamunya. Kamu rugi kalo gak datang.”

Sebelum lupa, Saya membalas email dari junior kantor tersebut “Yes. Dik besok ikut Saya makan malam ultah teman di hotel Mulia yah, ada Raisa bintang tamunya.” Gak sampai 5 menit, email saya berbalas “Siap Pak. Terima kasih atas kebaikan Bapak. Saya gak akan pernah mengecewakan Bapak.”

Sampai kantor, Saya kembali membaca balasan email dari Vina, junior tersebut. Saya kurang paham, bahkan cenderung gagal paham dengan kalimatnya. Kebaikan apa yang saya lakukan kepadanya? Kenapa ia mengatakan tidak akan mengecewakan? Saya merasa biasa-biasa saja, tidak melakukan something special, juga tidak pernah kecewa dengan pekerjaannya selama ini. Daripada pusing pala Barbie, dan pusing 7 keliling, Saya panggil saja junior saya Vina ke ruangan Saya. Setelah Vina masuk, pintu Saya tutup dan tak lupa mengunci, kuatir ada orang nyelonong masuk padahal kami sedang membicarakan hal yang serius.

Ini percakapan kami, cekidot (P untuk Saya, V untuk Vina) :

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

V : (hati deg-degan, jantung serasa mau copot, tangan benerin baju, rok dan BH kuatir miring) Bapak panggil Saya?

P : Iya dik. Ada beberapa hal ingin saya diskusikan.

V : (kepala menunduk tak berani menatap wajahku) baik Pak, diskusi tentang apa?

P : Btw, banyak kerjaan hari ini Dik? Jangan terlalu cape, jangan terlalu sering menatap layar computer, radiasinya gak bagus, kalo bisa tiap 1 jam istirahat.

 

V : gak banyak Pak, pekerjaan rutin aja. Makasih Pak atas perhatiannya. Bapak perhatian sekali ke anak buah.

P : Bukan apa-apa dik, kalo ada karyawan yang sakit, apalagi kamu yang sakit, kan kantor juga yang rugi. Pekerjaan terbengkalai, suasana kantor jadi gak berwarna lagi. Senyum tawamu sudah jadi bagian tak terpisahkan dari kantor ini.

V : (mulai tersenyum tersipu-sipu, mata mulai berani diangkat mencoba mengintip wajahku) mudah-mudahan Saya sehat selalu Pak, punya atasan seperti Bapak, sama saja punya vitamin penyemangat dan obat penyembuh segala sakit.

P : Adik kuliah jurusan sastra?

 

V : bukan Pak, Saya jurusan manajemen. Kenapa gitu Pak?

P : Kata-katamu tertata rapi, penuh makna dan sesuai EYD.

V : masa sih Pak? Kata-kata Saya biasa saja, mungkin karena keluarnya dari hati, jadi penuh makna.

P : (terdiam sejenak, sambil minum air putih di meja) Tentang email yang adik kirim tadi pagi. Boleh adik jelaskan maksud kalimat “Terima kasih atas kebaikan Bapak. Saya gak akan pernah mengecewakan Bapak”, Saya berbuat baik apa? Emangnya adik pernah mengecewakan Saya?

 

V : (jantung terkesiap, keringat dingin menetes membasahi dahi, menarik nafas sebentar) Bapak selalu baik ke setiap orang, termasuk saya. Bila ada orang kesusahan, bapak selalu menolong. Bila ada pekerjaan bawahan yang salah atau telat laporkan, bapak tak pernah marah. Sarapan dan Makan siang selalu bapak yang traktir. Akhir bulan selalu ada bonus tambahan di luar gaji dan bonus dari kantor. Itu semua kebaikan yang bapak lakukan, dan kami, khususnya Saya mengucapkan banyak terima kasih.

P : Itu tentang kebaikanku, yang tentang kecewakan aku maksudnya apa Dik?

V : (tersipu malu dan memainkan ujung rambut) Itu kita bahas besok aja yah Pak, sehabis makan malam. Boleh yah Pak..

P : (muka kebingungan) Baiklah Dik.. Saya mau besok malam adik tampil cantik, ada anak sahabatku baru lulus dari master di Amerika, aku ingin kamu kenal dengannya.

 

V : (muka ikutan bingung, kepala tertunduk lemas) Baik Pak, bila itu mau bapak dan bikin bapak senang, Saya gak akan mengecewakan Bapak. Saya permisi dulu Pak, mau lanjutin pekerjaan, sedikit lagi selesai. Kalo bapak ada perlu ke Saya, tinggal SMS saya.

P : OK. Kerja yang baik, jadi pribadi yang asik, akhir tahun kita sekantor jalan-jalan ke Tasik, mampir bermalam di hotel Cipaganti Garut untuk relaksasi berendam air panas di Cipanas.

V : (muka ragu-ragu) Oh iya Pak. Sudah nonton video dan dengar lagu Raisa “Jatuh Hati” yang Saya kirim ke Email?

P : sudah dik. Memangnya kenapa? Ada yang mau adik sampaikan ke Saya?

 

V : Tidak ada Pak. Lagu itu pas dengan rasa yang ada di hati Saya ke Bapak. Saya gak perlu tambah kata-kata lagi. Raisa sudah mewakilinya. Saya mengagumi, menyukai, bahkan mencintai Bapak. Tapi Bapak punya istri yang cantik dan baik, yang sangat Bapak cintai dan sayangi. Saya gak mau ganggu hubungan bapak dan istri, saya cukup senang mencintai Bapak dari kejauhan. Saya mau selalu dekat dengan bapak, walaupun tak bisa memiliki Bapak. Boleh yah Pak.

P : Boleh dong dik, masa gak boleh? Kita lihat seberapa dekat kita ke depan yah dik.

----------------------------------------------------------------------------------------------

Akhir kata, Saya ingin mengkritik Raisa dan lagu “Jatuh Hati”nya, di mana salah satu liriknya mengatakan “Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati”.

Menurut Saya ‘Jatuh cinta’ = ‘Jatuh hati’, keduanya sama-sama jatuh, dan sama-sama pakai hati, dan pada akhirnya ada keinginan untuk bercinta. Perbedaan kecil keduanya hanya darimana memulainya, kalo jatuh cinta dari mata turun ke hati, kalo jatuh hati dari hati turun beberapa cm ke bawah hati. Berapa cm yah? silakan ukur sendiri-sendiri, karena setiap orang beda-beda jaraknya.

Jika Raisa setelah Saya kritik tetap bertahan dengan pendapatnya bahwa jatuh cinta dan jatuh hati berbeda, Saya tak bisa bilang apa-apa, hanya bisa setuju, terserah Raisa aja, sebab Saya gak ingin Raisa ngambek dan berhenti nyanyi gara-gara kritikan Saya. Kalo itu terjadi, Raisa ngambek nyanyi, Saya akan didemo pria-pria pengagum Raisa se-Indonesia. Apalagi kalo sampai Raisa jatuh hati ke Saya, pria kharismatik penuh pesona, dan Raisa menerima untuk jadi istri kedua. #Ngarep.com

Selamat pagi Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun