Sabtu kemarin Saya buka puasa bersama 15 teman kuliah di Kampung Daun Lembang. Beberapa teman ada yang membawa anak-anaknya, 2 orang teman membawa mahasiswinya, 1 orang teman membawa anak angkatnya, belum diketahui anak angkat hasil adopsi atau anak yang sering diangkat-angkat? Saya datang seorang diri, karena bude juga ada acara buka puasa bersama dengan teman sosialitanya di salah satu panti asuhan.
Temu kangen teman lama ini membawa kita nostalgila (nostalgia-red) masa-masa kuliah dulu. Cerita kenakalan masa-masa kuliah pun diceritakan kembali, tawa riang gembira mewarnai pertemuan kami malam itu, menutupi beberapa hati yang mungkin terluka atau merana akibat kerasnya kehidupan.
Ini beberapa kisah tentang teman-teman kuliah yang teringat kembali ;
Ahmad, ranking 1 di kelas yang selalu jadi andalan teman-teman untuk membagi hasil jawaban saat UTS atau UAS. Tak heran kelas kami selalu punya nilai rata-rata kelas lebih baik dibanding kelas lain, karena ranking 1 kelas lain rata-rata pelit membagi jawaban ujiannya.
Boni yang bukan kader PKS tapi celananya sudah cingkrang sejak kuliah. Hal ini bukan disebabkan karena Boni aktivis masjid kampus, tapi karena Boni pakai celana warisan kakaknya, sementara kakaknya Boni punya kaki lebih pendek disbanding Boni.
Cindy yang paling cantik di kelas, banyak pria yang suka kepadanya tapi Cindynya Cuma suka ke Saya. Pilihan Cindy menyukai Saya tak bisa disalahkan oleh teman-teman atau siapapun, karena wanita manapun memang akan mudah jatuh cinta ke Saya, ini hal natural tanpa perlu pelet dari dukun. Apalagi kalo kena pelet lidah Saya, bisa minta lagi lagi minimal selama setahun.
Dodi yang suka ngupil dan menempelkan upilnya di kolong mejanya, sehingga kolong mejanya penuh upil. Hal ini terungkap saat ruang kelas di bersihkan dalam acara kerja bakti, merja-meja dikeluarkan dan disusun ulang. Teman yang mendapat meja bekas Dodi berteriak histeris karena tanggannya gak sengaja menyentuh tumpukan upil mengering yang sepertinya sudah membentuk fosil.
Eki yang selalu numpang nginap kalo ujian karena dia gak ngekost, sekalian numpang makan, minum, rokok, telepon, pokoknya numpang semuanya. Yang paling kesal, saat saya pulang kuliah, Eki juga numpang pacaran, dan pintu kost dalam keadaan tertutup. Entah apa yang dilakukan Eki dan pacarnya di dalam kamar, Saya mencoba positif think saja, munghkin ia sedang belajar bersama menghadapi ujian.
Farid anak mapala yang tertangkap satpam kampus karena bercinta dengan pacarnya di toren air di kampus pada tengah malam. Mungkin Farid berfantasi bercinta di atas gunung, makanya ia memanjat toren air, tempat tertinggi di kampus kami.
Saya sendiri, Anthony, yang disuka, dicinta dan disayang mahasiswi kinyis-kinyis, dosen-dosen matang manggis, dan mba-mba secretariat office, karena Saya ganteng, pintar dan humoris.
Cerita mengalir sampai jauh, udah seperti air sungai Bengawan Solo aja, sampai terungkap cerita yang saya baru tahu. Rupanya di kampus kami dulu ada 2 mahasiswi yang jadi ayam kampus, pulang kuliah sering dijemput mobil yang ganti-ganti, kadang sedan, kadang MPV, beberapakali SUV. Saya jadi teringat pengakuan salah satu mahasiswi itu, sebut saja namanya Rere, bahwa yang jemput itu adalah Papanya, yang punya usaha bengkel mobil, jadi sekalian test mobil yang sedang diperbaiki, sekalian jemput, makanya mobilnya ganti-ganti, termasuk sopir yang setir mobilnya.
Saat ini, sebagai orang tua yang punya anak-anak yang sedang SMA dan kuliah, Kita kuatir juga jangan sampai anak-anak kita ikut-ikutan pergaulan bebas dan jadi ayam kampus. Kan gak lucu, jika nanti salah satu teman cerita bahwa dia pernah booking anak dari teman lainnya. Bisa terjadi pertumpahan darah, padahal siapa yang tahu ayam kampus ini anaknya siapa?
Sebagai pemerhati masalah social yang handal, Saya bisa mengidentifikasi alasan-alasan mahasiswi menjadi ayam kampus, hal ini penting agar sebagai orang tua kita mewaspadai jangan sampai anak kita, atau anggota keluarga kita menjadi ayam kampus, karena ini akan jadi aib keluarga. Sudah bagus jadi manusia, koq berubah jadi ayam?
Ini alasan mahasiswi yang jadi ayam kampus ;
Uang saku dari orang tua kurang, tapi mahasiswi ingin punya barang-barang mahal (HP, Baju, Tas, Make Up, laptop dll)
Jika kondisi di atas terjadi, seharusnya mahasiswi tersebut berpikir kreatif dengan ikut kegiatan positif yang menghasilkan uang, walaupun sedikit tapi halal. Sesuai pesan mbah di kampong sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit, misal pagi kuliah, malam jadi pengamen. Weekday kuliah, weekend jadi SPG produk-produk pameran di mall dll. Tapi beberapa mahasiswi enggan jika kerja keras sampingan hasilnya sedikit, mereka mau kerja sedikit hasilnya banyak, dan menjual diri adalah pilihan paling mudah dan modalnya murah.
Ada demand, ada supply, maka transaksi tinggal menentukan titik harga yang disepakati.
Iman gak kuat
Pemahaman agama yang tidak dalam menyebabkan mahasiswi-mahasiswi ayam kampus tidak takut dosa, tidak takut bahwa perbuatannya akan mengakibatkan dia terjauh dari surga. Yang ada di benaknya adalah nikmati masa muda semaksimal mungkin,, nanti kalo modal sudah lebih dari cukup, sudah beranjak dewasa dan tua, kan bisa bertobat.
Bukankah Allah maha pengampun? Iman yang gak kuat, mentafsir Allah maha pengampun kapan saja, sehingga ia tidak takut berbuat dosa, karena suatu waktu ia bisa bertobat.
Sudah tidak perawan
Dari survey yang dilakukan Cak Lontong ke beberapa ayam kampus, diketahui bahwa tidak ada mahasiswi yang terjun ke dunia ayam kampus dalam kondisi masih perawan. Semuanya telah menyerahkan keperawanan tersebut ke pacarnya, baik yang sukarela, sedikit dipaksa, ataupun tidak sadar karena pengaruh alcohol, dan pada akhirnya, karena sesuatu hal mereka harus putus dari pacarnya tersebut.
Setelah putus dan galau berbulan-bulan, setelah curhat ke teman dan sahabat, termasuk menggalau di media social, mereka ini tercerahkan dengan pemikiran “Selama ini kekasihnya menikmati tubuhnya gratis dan pada akhirnya kekasih yang sangat dicintainya meninggalkannya. Ia hanya bersedih hati meratapi nasib dan tak bisa berbuat apa-apa, tak punya apa-apa. Padahal kalo om-om menikmati tubuhnya, mungkin saat ini ia sudah kaya raya?”
Kadung sudah tidak perawan, maka beberapa mahasiswi mengambil langhkah jadi ayam kampus untuk mengumpulkan uang sekaligus memberi pesan ke laki-laki yang telah melukainya “Kamu bisa menikmati tubuhku, tetapi tidak hatiku.”
Hipersex
Harus diakui paling susah mengendalikan nafsu birahi yang membumbung tinggi, yang selalu ingin bercinta setiap ada lawan. Nah, beberapa ayam kampus yang sudah disurvei oleh Cak Lontong mengatakan mereka mempunya nafsu birahi yang tinggi (hipersex), sehingga mencari pelampiasan dengan menjadi ayam kampus, karena pacarnya saja kewalahan menghadapi keinginannya bercinta yang hamper setiap hari, itupun dalam sehari bisa beberapa kali.
Peraturan kampus longgar
Saya ada usul ekstrim tapi sepertinya efektif untuk mencegah adanya ayam kampus. Sebaiknya universitas mensyaratkan Test Keperawanan bagi mahasiswinya setiap akhir semester sampai wisuda. Jika ada mahasiswi yang kedapatan tidak perawan lagi, maka keluarkan ia dari kampus dan cabut kartu mahasiswinya.
Kalo sudah keluar dari kampus, dan gadis tersebut kedapatan menjual diri, Ia tidak dapat menyebut dirinya ayam kampus, ia akan disebut PSK. Otomatis harganya akan turun, karena image ayam kampus lebih baik daripada image PSK, padahal orangnya sama. Itulah salah satu kelebihan dari BRANDING, dengan barang yang sama tapi harga jual bisa berbeda.
Demikianlah catatan sederhana dari Pakde Kartono, agar kita semua sebagai orang tua peduli akan fenomena social yang terjadi di lingkungan kampus, Hal ini sangat penting menjadi perhatian bagi kita semua, karena masa depan bangsa ini terletak di pundak anak-anak kita.
Selamat siang Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H