Kemarin sore, saya dikagetkan dengan status BBM dan FB teman-teman yang menyatakan bahwa artis serba bisa, Olga Syahputra, menghembuskan nafas terakhir di RS Mount Elizabeth Singapore di usia relatif muda 32 tahun. Seperti telah kita ketahui bersama, Olga sudah terbaring sakit dan dirawat di RS Mount Elizabeth Singapore sejak pertengahan 2014, dan sejak itu, kondisi Olga naik turun, up and down. Keluarga, teman dan sahabat selalu mendoakan yang terbaik buat Olga.
Olga adalah MC, presenter, komedian termahal di Indonesia saat ini. Jadwalnya padat, ia tampil On Air sejak pagi sampai pagi lagi di berbagai stasiun televisi, belum lagi acara-acara Off Air. Untuk menjadikan Olga presenter atau MC suatu acara TV, pihak produser mesti siap-siap merogoh kocek minimal Rp 50 juta.
Olga sukses besar secara ekonomi di usia muda, dan itu semua bukan dicapai dengan mudah. Olga meraihnya dengan memeras keringat dan membanting tulang. Perjuangannya penuh darah. From zero to hero nampaknya sangat pas untuk menggambarkan sosok Olga Syahputra. Dari bukan siapa-siapa jadi siapa-siapa. Setelah jadi siapa-siapa, dan terbang tinggi ke angkasa, Olga tidak lantas lupa daratan. Ia tetap ingat pulang ke rumah, peduli dengan orang kecil, posisi dimana sempat diakrabinya sebelum jadi orang besar.
Banyak pelajaran bisa ketik dari Olga Syahputra. 3 tulisan berseri tidak akan cukup untuk menuliskannya, tapi saya berusaha menyajikan pelajaran-pelajaran maha penting yang bisa kita serap dan contoh dari Olga.
Yuk kita simak sama-sama ;
1. Olga sangat dermawan
Kesaksian beberapa teman Olga ke saya sewaktu kami hang out ke Domain Kemang nyaris seragam. Olga paling gak bisa lihat orang susah, air matanya langsung netes kalo lihat anak kecil menjadi peminta-minta di lampu merah perapatan jalan. Olga sering menurunkan kaca dan memberikan Rp 50.000 atau Rp 100.000 ke anak-anak itu. Kita mungkin sering juga kasihan ke mereka, tapi paling yang kita berikan hanya Rp 1.000 sampai Rp 5.000. Memang besar kecilnya pemberian tidak menentukan besar kecilnya pahala, tapi paling tidak menjadi ukuran tingkat keikhlasan seseorang dalam menyumbang ke sesamanya.
Banyak menyumbang orang lain tidak menyebabkan olga jatuh miskin, ia malah semakin kaya setiap harinya. Pundi-pundinya makin gemuk, assetnya terus bertambah. Olga happy walau hidup sendiri tanpa pacar atau istri, karena ia paham sepaham-pahamnya dengan kesibukannya yang luar biasa, jika ia pacaran atau menikah, hal itu akan membuat pacar atau istrinya tidak betah ditinggal seharian dan pulang ke rumah sudah dalam keadaan lelah.
2. Olga sukses tidak sendirian, ia mengajak keluarga dan teman-temannya
Olga punya banyak teman dan sahabat, pasti tidak akan ada yang membantah klaim ini. Olga terkenal dengan sifat dan sikapnya yang baik, kepribadiannya yang menarik, tak heran ia punya banyak teman dan sahabat.
Sahabat baiknya antara lain ; Raffi Ahmad, Luna Maya, Jessica Iskandar, Kartika Putri, Denny Indrayana, eh salah Denny Cagur dll. Sering sekali Olga yang mendapat tawaran kerjaan, lalu Olga mengajak teman dan sahabatnya tersebut ikutan di acaranya tersebut.
Sewaktu Olga terbaring sakit, ia masih sempat mengorbitkan adik kesayangannya Billy, untuk menggantikannya sebagai tulang punggung banyak orang. Walaupun Billy tidak bisa sesukses kakaknya Olga, paling tidak Olga bisa meninggal tersenyum, karena Billy sudah mandiri dan bintangnya terus terang walau Olga tidak mendampinginya lagi.
[caption id="attachment_406079" align="aligncenter" width="512" caption="Foto dari metrotvnews.com"][/caption]
3. Olga mati muda
Saya teringat pesan aktivis dari Universitas Indonesia, yang merupakan pendiri Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UI, yang meninggal di puncak gunung Semeru, Soe Hok Gie, di buku "Catatan Seorang Demonstran" mengatakan "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."
Soe Hok Gie meninggal dunia dalam usia sangat muda 26 tahun (sehari lagi ulang tahun ke 27). Ia mati muda, dan menuruti kata-katanya, maka ia seharusnya berbahagia. Sampai sekarang nama Soe Hok Gie terus dikenang sebagai aktivis yang menentang kediktatoran presiden Soekarno dan Soeharto. Untung saja ia mati muda, kalo sampai ia terus hidup, mungkin pemerintah akan merekrutnya masuk istana, dan ia seperti aktivis-aktivis lainnya, yang terkini adalah Denny Indrayana, akan lupa perjuangannya semasa kuliah dan menjadi aktivis jalanan, karena terbuai empuknya kursi jabatan, dinginnya AC kantor dan mewahnya fasilitas sebagai pejabat publik.
Olga Syahputra meninggal dunia dalam usia relatif muda 32 tahun. Nama Olga akan dikenang sepanjang masa. Orang akan mengenal Olga sebagai salah satu komedian terbaik, ia menjadi pelawak tanpa ikut lomba lawak, atau ikut grup lawak. Ia melawak tanpa script, karena sutradara hanya cukup memberi tahu Olga temanya tentang apa, dan lawakan yang lucu dan menghibur, yang membuat penonton yang menyukainya tertawa terpingkal-pingkal, ngakak sampai ngangkang, kalo yang tidak menyukainya gak perlu kita bahas, walo Olga lucu tetap aja dibilang garing.
Menyenangkan banyak orang itu adalah hal baik, insya Allah akan mendapat banyak pahala, dan insya Allah mendapat ganjaran surga dari Allah.
Akhir kata, selamat jalan Olga Syahputra, semoga Olga tenang di alam sana. Terima kasih Olga sudah banyak menghibur kami semua selama ini, walo mungkin Olga sedang sedih atau sakit, namun Olga tidak memperlihatkan itu ke kami semua.
Semoga amal ibadah Olga diterima Allah SWT, dan semoga Olga dipertemukan dengan bidadari di surga yang tidak sempat ditemuinya selama hidup di dunia. Saya ingin mengutip kata-kata bijak mbah di kampung "Orang-orang baik mati muda, karena Tuhan tidak tega membiarkan ia hidup lama-lama di dunia yang kejam dan buas ini."
Selamat malam Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H