MEMORI CARD
Saya selain mendapat kiriman paket buku-buku dari Mas Ukik juga mendapat kiriman sekeping benda kecil seukuran tidak lebih dari 2 cm tersebut. Meski ukurannya kecil tapi isinya—ini biang kerok penyebab rumah saya diserbu warga—ratusan gending-gending Jawa, Canpur Sari, Keroncong dan masih banyak lagi.
Setelah saya mendapat kiriman kartu memori dari BTP tersebut, nyaris setiap hari ada suara menggelegar dari speaker rumah saya, inilah awalnya kenapa warga menyerbu rumah saya.
Memang agak didramatisasi. Sesungguhnya bukan masa dan menyerbu, hanya beberapa tokoh dan pemuka masyarakat Korong (setingkat Kepala Dusun) Suka Mananti. Tetapi mengenai pengrusakan dan pengobrak-abrikan rumah saya itu memang betul-betul terjadi—tunggu pada postingan berikutnya.
“Pak Dhe kami sebagai tetangga merasa kebrebegen (bising) setiap hari mendengar suara gleger gong dan gemerincing gender dan siter yang muncul dari speaker Pak Dhe” celetuk salah satu tetangga saya yang paling dekat bernama Suroso alias Roso.
“Jadi maksudnya kurang senang karena mengganggu ketenangan sampeyan atau bagaimana?”jawaban, langsung pertanyaan dari saya.
“Maksud saya begini, bagaimana jika suara itu tak hanya terdengar dari pengeras suara Pak Dhe, tapi suara gending-gending tersebut benar-benar muncul dari gamelan yang kita pukul dengan tangan kita sendiri”sambung Roso.
“Artinya?”tantang saya.
“Kita bikin gamelan sendiri dan membentuk paguyuban atau grup karawitan, bagaimana menurut Pak Dhe?”
Seperti kucing ditawari ikan asin, langsung saya sergap saja.
“Kokndhakdari dulu-dulungajakbegini, saya sebetulnya ingin sekali menghidupkan kembali nyala budaya yang mulai redup ini, tapi agak ragu apakah ada yang mau, lantaran kita berada pada komunitas yang berbudaya Minang”