“Tapi, kek...”
“Tidak ada tapi-tapi, banyak orang lain yang belum punya isteri, masak mau kamu lahap semua, berilah kesempatan pada yang lain, apakah cuma kamu yang mampu menjadi suami yang baik”
“Kek,...”
“Sudah, jangan kak-kek kak-kek, peraturan yang saya buat sudah final, tidak bisa ditawar-tawar lagi, pilih mana apakah ingin tetap pada si LEGISLATIana atau mau ngawinin si KADAsari. Jika pilih yang kedua, ceraikan LEGISLATIana!!!”
“KADAsari belum saya lamar kek, ya kalau nantinya ada kecocokan atau diterima lamaran saya, kalau tidak, kan celaka saya, kehilangan keduanya, KADAsari lari LEGISLATIana sirna, ada pepatah mengatakan menanti hujan dari langit air ditempayan ditumpahkan”
“Itu namanya risiko dari sebuah pilihan, ya harus diterima”.
“Pokonya kek, saya tidak mau dengar nasihat kakek, saya akan tetap berjuang dengan segala cara, saya bersedia menceraikan Endang LEGISLATIana, asalkan sudah ada ketetapan bahwa KADAsari sudah menjadi isteri saya”.
“ Ah terserahsakkarepmu, mau monogami, poligami atau mau kamugaglagsemua, toh yang membuat undang-undang dan yang mengesahkan kamu, pokoknya kalau yang merugikan kamu jangan sahkan, tapi kalau yang menguntungkan, segera ketokpalelueh palumu!!!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H