Mohon tunggu...
Cahya Yuana
Cahya Yuana Mohon Tunggu... Tutor - Akun Pribadi

Cahya Yuana, S.Sos., M.Pd. Orang biasa yang suka dalam dunia pendidikan. Konsentasi dalam bidang pendidikan terkait dengan quality assurance, penelitian dan evaluasi pendidikan. Selain aktif didunia pendidikan waktunya juga untuk bergabung dengan beberapa organisasi sosial dan keagamaan. Jadikan hidup didunia untuk mencari bekal di akhirat dengan berkarya positif adalah prinsip hidupnya. Membaca, latihan menulis, ceramah mengisi pelatihan adalah aktivitas lainnya. Suami dari Sri Nurharjanti, yang kebetulan mempunyai aktivitas dan prinsip yang sama. Telah dianugrahi 2 putri, Mendidik anak adalah merupakan sekolah kehidupan. Nomor Kontak: 087739836417

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Benci Kekerasan

15 Februari 2018   08:20 Diperbarui: 15 Februari 2018   08:59 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati anak bangsa seakan ditusuk pisau melihat berita kekerasan akhir-akhir ini. Penyerangan dan pembunuhan seorang ulama terjadi di bumi Jawa Barat. Peristiwa pertama Di alami oleh KH Emon Umar Basyri (60), pimpinan pondok pesantren Al Hidayah, Santiong. Kyai yang akrab dipanggil Ceng Emon dianiaya oleh seseorang di Masjid Al Hidayah. 

Saat diserang cang emong sedang berdzikir sehabis sholat subuh. Belum tuntas kasus penganiayaan terhadap Cang Emon kembali tanah pasundan digegerkan dengan penganiayaan yang dialami ustadz R Prawoto, komandan Brigade Persatuan Islam (Persis) Pusat. Kejadian bermula saat ustasz R Prawoto keluar rumah untuk menjalankan sholat subuh di Masjid. 

Ustadz prawoto melihat ada orang sedang memuku pagar rumah belilalu. Ustadz R Prawoto menegur perilaku orang tersebut. Mendapat teguran dari ustdz R Prawoto orang tersebut malah mengerjar ustadz R. Prawoto dan memukul ustadz R Prawoto menggunakan linggis. Akibat kejadian ini Ustadz R Prawoto meninggal dunia. Belum juga dua kejadian tersebut terlupakan sebuah kekerasan terjadi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Minggu tanggal 11 Pebruari 2018 seseorang menyerang Gereja  Lidwina di Bedog Sleman. Pada saat di Gereja Lidwina sedang diadakan kebaktian. Pada kejadian tersebut jatuh beberapa korban.

Kekerasan seakan telah menjadi budaya bangsa Indonesia. Sejarah bangsa ini memang mencatat adanya beberapa kejadian kekerasan yang pernah terjadi. Peristiwa tanjung priok, permesta, pemberontakan PKI tahun 1965, adalah catatan kelam bangsa ini. Meski begitu kekerasan yang terkadi saat itu lebih karena eskalasi politik. Akan tetapi yang memprihatikan kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini tidak hanya karena eskalasi politik. 

Hampir setiap hari kita mendapatkan berita kekerasan yang penyebabnya sangat beragam. Belum  lama bangasa Indonesia juga dikejutkan dengan peristiwa kekerasan yang menimpa seorang guru di tanah Madura. Seorang guru bernama Budi Cahyono meninggal dunia di tangan muridnya hanya karena persoalan sepele. Sang guru yang menegur siswanya itu dipukul sehingga menyebabkan patah leher.

Bangsa Indonesia pada dasarnya bangsa yang lebih mengutamakan kebersamaan dan persatuan. Indonesia terdiri dari ribuan suku dan ribuan bahasa. Indonesia juga awalnya terdiri dari banyak kerajaan. Kerajaan-kerajaan tersebut tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kerajaan-kerajaan tersebut mempunyai kekuasaan yang besar di wilayahnya masing-masing. 

Atribut sebagai raja juga masih dihormati oleh rakyat di wilayah masing-masing. Akan tetapi perasaan akan nasib yang sama dibawah tekanan belanda menghilangkan sekat-sekat perbedaan tersebut. Ribuan suku dan kerajaan tersebut lebur menjadi satu menjadi bangsa Indonesia. Sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928 menjadi momentum sejarah persatuan dari ribuan suku dan ribuan bangsa. 

Tentu bukanlah hal yang mudah mengumpulkan dan menyatukan para pemuda yang berbeda suku, bahasa dan agama. Para pemuda yang tersebuar dari penjuru bumi Nusantara. Alat komunikasi pada saat itu maih sangatlah terbatas. Transportasi juga masih sangat terbatas. Untuk mengirim undangan saja membutuhkan waktu yang lama. Belum mengkoordinasikan kehadiran dan agenda. Tentu itu semua membutuhkan pengorbanan dan kerja keras tersendiri.

Kendala juga dihadapi oleh peserta yang akan datang. Satu-satunya transportasi untuk peserta dari luar jawa hanyalah kapal.  Setiap hari juga belum tentu ada kapal yang bisa membawa ke Jakarta. Kapal yang tersedia juga tidak difasilitasi fasilitas mewah seperti kapal zaman sekarang. Butuh berara hari saja peserta dari Maluku untuk datang ke Jakarta. 

Tentunya hal tersebut juga menjadi kendala berat bagi peserta untuk hadir dalam forum mulia tersebut.  Akan tetapi kendala berat itu tidak menjadikan batasan bagi mereka. Semua pemuda dari seluruh penjuru hadir dan sepakat meleburkan menjadi satu bangsa Indonesia.

Persatuan adalah aset besar bangasa Indonesia. Persatuan merupakan modal besar bangsa Indonesia untuk tetap tergambar dalam peta dunia. Tidak semua bangsa dan negara di dunia ini mampu menjaga persatuan dan kesatuan. Uni Soviet negara yang besar pun luluh lantak dan hilang dalam peredadaran dunia. Pada saat itu bisa jadi tidak ada satu pun orang yang membayangkan Uni Soview negara besar kedua setelah Amereika Serikat akan hancur lebur dan akhirnya hilang dalam percaturan dunia internasional.  

Di banyak belahan dunia yang lain peperangan antar suku dan golongan juga terjadi. Kekerasan dengan penggunaan senjata berat, pembantaian massal masih saja terjadi di belahan di beberapa dunia lain. Bangsa Indonesia tentu perlu belajar dari masalah-masalah tersebut diatas. Persatuan yang selama ini sudah terjalin perlu terus diajaga. Budaya kekerasan yang akhir-akhir terjadi bisa saja menjadi pemantik pecahnya bangsa Indonesia apabila tidak di kelola dengan baik.  Budaya kekerasan yang marak akhir-akhir ini perlu diacari penyeba dan solusinya. Semua elemen bangsa perlu bergandengan tangan  untuk menjaga persatuaan dan kesatuan ini.

Mensikapi budaya kekerasan yang melanda tokok-tokoh agama perlu kearifan semua pihak. Bisa jadi ada benang merah antara kejadian-kejadian tersebut. Provolasi bisa jadi ada dibalik kekerasan yang dialami oleh para tokok agama. Bisa jadi ada aktor yang sedang bermain politik Devide At Impera. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Indonesia adalah negara yang kaya raya. 

Indonesia dianugrahi oleh Allah SWT limpahan kekayaan Alam dan budaya. Ibaratnya sebatang  tongkat ditancapkan saja akan menajadi makanan di bumi Nusantara. Kekayaan alam yang melimpah ini menjadi daya magnet bangsa lain untuk masuk dan menguasai bangsa Indonesia. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pasar potensial untuk dikuasai. 

Dalam teori ekonomi kapitalisme ada hukum yang membicarakan over production. Kapitalisme suatu saat akan mengalami resesi, jumlah produksi yang besar menyebabkan ketidak mampuan  pasar dalam negeri untuk menyerap semua produksi tersebut. Dalam teori kapitalisme modern, dalam kondisi seperti itu perlu ada perluasan pasar. Perluasan pasar ke negara lain yang mempunyai potensi pembeli yang besar.

Pendapat diatas mungkin terasa naif dan tidak masuk akal. Akan tetapi tiitik poinnya adalah semua emelen bangsa perlu terusa menjaga bangsa Indonesia dari perpecahan. Kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini akan menjadi potensi perpecahan  apabila tidak disikapi dengan baik. Polisi perlu segera bergerak mengungkap persoalan ini. Polisi harus bekerja profesional dan transparan dalam mengungkap masalah kekerasan terhadap tokok-tokoh agama tersebut. Semua pelaku kekerasan harus mendat perlakukan yang sama di mata hukum. Ketidak adilan hukum dalam menangani peristiwa-peristiwa kekerasan justru  bisa menjadi penyulut agresifitas yang lain.

Media dan masyrakat juga perlu secara cerdas dan adil dalam mensikapai peritiwa tersebut. Keadilan pemberitaan perlu dilakukan oleh semua awak media. Media jangan terjebak kepada framing untuk menyudutkan kelompok dan golongan dalam pemberitaannya. Tanggungjawab sosial dan berbangsa ada dalam pundak para awak media. Masyarakat juga jangan terprovoaksi dengan kejadian tersebut. 

Kemampuan literasi yang baik perlu dilakukan dalam mensikapi persoalan kekerasan diatas.  Semua elemen bangsa sudah saatnya bersatu padu untuk mengurai masalah ini. Sudah saatnya semua elemen bangsa membuat gerakan anti kekerasan. Aku anti kekerasan, aku cinta damai, semua adalah satu yaitu Indonesia perlu didengungkan oleh semua anak bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun