Toilet Alaturka adalah toilet tradisional Turki, yang mengharuskan penggunanya untuk berjongkok di atas lubang di tanah. Desainnya menekankan minimalnya kontak dengan permukaan toilet, yang dianggap lebih higienis menurut standar lokal.
Untuk menggunakan toilet ini, biasanya orang akan melepas sepatu dan celananya, berjongkok di atas lubang, lalu menyiram dengan air dari selang yang selalu disediakan. Budaya Islam yang sangat memperhatikan kesucian dan kebersihan, tampak dari desain toilet ini.
Yang kedua adalah toilet Alafranga atau toilet duduk model masyarakat Barat. Jenis ini sama dengan toilet yang lazim ditemukan di banyak negara di dunia. Dilengkapi dengan tempat duduk, tangki siram, dan pengaturan tempat duduk yang lebih familiar bagi masyarakat modern.
Toilet Alafranga lebih umum hadir di daerah perkotaan, hotel kelas atas, dan tempat publik dengan fasilitas modern. Inilah wajah budaya Barat yang berkembang di Istambul. Masyarakat Barat pada umumnya lebih familiar dengan pembersih tisu daripada air.
Perpaduan Harmonis Dua Budaya
Lanskap toilet di Turki terus berkembang hingga hari ini. Toilet Alaturka dan Alafranga hidup berdampingan, mewakili dua budaya yang berbeda. Hal ini mencerminkan penerimaan warga Turki terhadap modernitas (Barat) dengan tetap berusaha menjaga dan melestarikan budaya Islam.
Toilet lebih dari sekedar fasilitas publik. Toilet adalah cerminan kekayaan sejarah dan keragaman budaya bangsa. Di Turki, terkadang kita menemukan toilet tradisional Alaturka, kadang bertemu dengan toilet modern Alafranga.
Di Turki, sebagaimana di negara-negara lain, terdapat toilet khusus gender yang diberi label dengan kata-kata dan karakter Turki. "Kadin" adalah istilah untuk toilet perempuan. Secara lengkap ditulis dengan "Kadn Tuvaleti" atau toilet perempuan.
"Bayan" atau secara lengkap ditulis "Bayan Tuvaleti" adalah istilah lain yang juga digunakan untuk menyebut toilet perempuan. Istilah "Kadn" dan "Bayan" memiliki orientasi yang sama, yaitu penunjuk toilet untuk perempuan.