Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Masih Takut Menikah? Simak Data Ini!

17 Oktober 2024   08:14 Diperbarui: 17 Oktober 2024   09:17 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosiolog Steve Nock menyatakan, pernikahan mengubah laki-laki secara mendasar. Dalam bukunya Marriage in Men's Lives (1998), Nock menyatakan bahwa setelah menikah laki-laki mulai melihat diri mereka sebagai ayah, pemberi nafkah, dan pelindung bagi keluarga.

Perubahan identitas ini dikaitkan dengan perubahan perilaku. Misalnya, laki-laki mendapatkan lebih banyak pendapatan ketika mereka menikah, bekerja lebih banyak, menghabiskan lebih sedikit waktu dengan teman-teman selain dari keluarga, dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan di masyarakat tempat keluarga itu berada.

Inilah diantara benefit yang didapatkan laki-laki. Pernikahan mendorong mereka untuk lebih sejahtera karena bisa mendapatkan pendapatan lebih besar, demi merawat keluarga.

Pernikahan Memberikan Banyak Benefit Bagi Perempuan

"The 2022 edition of the General Social Survey (GSS)---the nation's preeminent social barometer---reveals that marriage and family are strongly associated with happiness. The GSS shows that a combination of marriage and parenthood is linked to the biggest happiness dividends for women" (Wilcox & Wang, 2023).

Bagi perempuan, manfaat pernikahan tidak kalah membahagiakan. Sebuah survei dari General Social Survey (GSS) tahun 2022 mengungkapkan bahwa pernikahan dan keluarga sangat terkait dengan kebahagiaan. GSS menunjukkan bahwa kombinasi pernikahan dan peran sebagai orang tua dikaitkan dengan manfaat kebahagiaan terbesar bagi perempuan (Wilcox & Wang, 2023).

Di antara perempuan yang sudah menikah dengan anak-anak berusia antara 18 dan 55 tahun, 40% melaporkan bahwa mereka "sangat bahagia," dibandingkan dengan 25% perempuan yang sudah menikah dan tidak memiliki anak, dan hanya 22% perempuan yang belum menikah dan tidak memiliki anak.

Sedangkan ibu yang tidak menikah (misalnya mengasuh anak adopsi) hanya 17% dari mereka yang menyatakan sangat bahagia. Sangat jelas perbedaan faktor menikah dan tidak menikah, yang memberikan sumbangan terhadap hadirnya kebahagiaan.

Hasil ini sejalan dengan temuan GSS dari tahun 2020 dan 2021 yang menemukan bahwa perempuan yang menikah dan memiliki anak pada umumnya adalah yang paling bahagia dan paling tidak kesepian (Wilcox & Wang, 2023). Tidak ada alasan untuk memiliki ketakutan berlebihan tentang pernikahan apabila mengetahui betapa banyak kebahagiaan bisa diberikan oleh pernikahan.

Pernikahan Adalah Pembeda Kebahagiaan

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sam Peltzman dari Universitas Chichago (2023) menunjukkan adanya kebahagiaan signifikan yang muncul dari pernikahan. Hasil penelitian menyatakan bahwa bagi laki-laki dan perempuan, pernikahan adalah "the most important differentiator" atau pembeda terpenting yang menentukan kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun