Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

10 Rekomendasi Penting Cris Rowan untuk Menjauhkan Anak Dari Bahaya Teknologi

25 September 2024   19:58 Diperbarui: 25 September 2024   20:04 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
raisingchildren.net.au

Sebagai seorang ahli biologi, terapis, dan spesialis sensorik yang memiliki keahlian dalam dampak teknologi terhadap perkembangan, perilaku, dan pembelajaran anak, Cris Rowan sangat konsen dengan perkembangan anak. Setelah bekerja di lingkungan sekolah selama lebih dari 30 tahun, Cris berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan siswa sekaligus memudahkan anak-anak dalam belajar.

Cris dikenal sebagai narasumber dan penulis internasional bagi para guru, orang tua, dan terapis di seluruh dunia. Ia banyak mengupas topik integrasi sensorik, pembelajaran, perhatian, keterampilan motorik halus, dan dampak konten media termasuk video, media sosial, dan pornografi terhadap perkembangan otak dan tubuh anak-anak.

Selama 30 tahun terakhir, Cris menulis artikel bulanan untuk blog Moving to Learn, menerbitkan Child Development Series Newsletter bulanan. Cris juga anggota komite Screens in Schools, anggota Institute for Digital Media and Child Development, dan anggota Dewan Direktur Global Alliance for Brain and Heart Health. Cris memiliki dua anak dewasa, Matt dan Katie yang tumbuh tanpa layar.

Sebagai seorang ahli yang telah banyak melakukan pembelajaran, penelitian dan pengalaman praktis, Cris Rowan memberikan sepuluh rekomendasi untuk para orangtua, pendidik, dan semua komponen anak bangsa. Agar semua pihak --dimulai dari keluarga, berupaya menjauhkan anak-anak dari bahaya teknologi.

Berikut 10 rekomendasi Cris Rowan untuk para orang tua, pendidik dan masyarakat luas.

  • Dapatkan informasi mengenai dampak teknologi pada perkembangan dan pembelajaran anak

Menurut Cris Rowan, "Tanda-tanda kecanduan teknologi adalah toleransi, penarikan diri, penggunaan yang tidak diinginkan, keinginan yang terus-menerus, waktu yang terbuang, pengalihan aktivitas lain, dan penggunaan yang terus-menerus."

Untuk itu Chris menyarankan agar orang tua mencari informasi seputar penggunaan teknologi yang berlebihan pada anak, beserta dampak-dampak yang bisa muncul. Orangtua jangan menganggap remeh persoalan ini.

  • Putuskan hubungan internet Anda terlebih dahulu

Orang tua harus memulai untuk membatasi diri dalam penggunaan internet. Karena orang tua harus selalu siap sedia untuk anak-anak.

"Orang tua harus menjadi contoh dalam menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan aktivitas lainnya. Sekolah dapat mensponsori minggu Tech Unplug di mana kelas-kelas berlomba untuk mengurangi penggunaan teknologi di rumah dan sekolah, atau memiliki satu hari per minggu tanpa teknologi," ujar Cris.

  • Jalin hubungan nyata dengan anak-anak

Tetapkan "waktu sakral" untuk anak-anak Anda. Chris menyatakan bahwa kecanduan teknologi terkait dengan 'kecemasan sosial' dan terkait dengan masalah keterikatan. Ia menyarankan agar orang tua dan guru mengeksplorasi pengalaman keterikatan mereka sendiri.

"Menetapkan waktu sakral dalam sehari tanpa teknologi --misalnya saat sarapan pagi, saat berkendara bersama dalam mobil, sebelum tidur, atau saat hari libur; adalah langkah awal untuk menjalin hubungan kembali dengan anak-anak Anda", ungkap Cris.

  • Jelajahi alternatif kegiatan sebagai family time

"Tidak semua anak tertarik atau menghargai aktivitas yang sama dengan orang dewasa. Memupuk toleransi terhadap perbedaan dan menghargai preferensi individu dapat sangat membantu dalam meningkatkan motivasi anak untuk tidak menggunakan teknologi," ujar Cris.

Ia menyarankan untuk membuat daftar aktivitas yang akan dinikmati keluarga. Misalnya cerita malam hari, membuat drama untuk keluarga, permainan membangun benteng bantal, bermain "gulat" dengan anak, atau memasak bersama keluarga.

  • Tingkatkan keterampilan sebelum mencabut gawai anak

"Identitas diri, keterampilan sosial, hubungan dengan alam, dan rasa semangat, sering kali terputus pada anak-anak yang terlalu sering menggunakan teknologi. Akan tetapi, pengurangan teknologi secara drastis atau tiba-tiba, akan mengakibatkan kekacauan di sekolah dan rumah karena anak kini terasing dari apa yang telah menjadi makna hidup mereka," ungkap Cris.

"Bantu bangun keterampilan kinerja dengan memperkenalkan anak-anak pada kegiatan alternatif yang tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah, untuk membangun keterampilan," lanjutnya.

  • Bersamai perkembangan dan pembelajaran anak

Hendaknya orang tua bisa membersamai proses pembelajaran anak, melalui keterlibatan dalam empat faktor penting untuk perkembangan anak; yaitu gerakan, sentuhan, hubungan manusia, dan alam.

"Anak-anak perlu bermain 2-3 jam per hari, dan menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang tua, guru, dan anak-anak lain, untuk mencapai kesehatan fisik dan mental yang optimal," ujar Cris. Hal itu juga untuk meningkatkan perkembangan sensorik dan motorik untuk literasi, numerasi, memperhatikan, dan belajar.

  • Miliki persepsi yang tepat tentang keselamatan

Banyak orang tua terlalu khawatir akan keselamatan anak, sampai memberikan banyak batasan dan larangan. "Bermainlah di luar ruangan. Bersikaplah ramah terhadap lingkungan!" ungkap Cris.

Chris meyakini bahwa jika terlalu banyak kekhawatiran terhadap keselamatan, akan membuat banyak area bermain luar ruangan menjadi membosankan dan tidak menantang.

"Bermain keras di luar ruangan merupakan kebutuhan biologis bagi anak-anak, dan telah terbukti secara signifikan mengurangi perilaku bermasalah, agresi, dan kurangnya perhatian, serta memperbaiki depresi dan kecemasan," ungkap Cris.

  • Ciptakan peran individu dan kembangkan kemandirian

"50 tahun yang lalu, anak-anak memiliki pekerjaan dan tugas keluarga yang jika tidak dilakukan, akan mengancam keberlanjutan keluarga," ujar Cris. Anak-anak di masa lalu telah mendapat banyak kepercayaan dari orang tuanya.

Ia merekomendasikan agar orang tua dan guru "mempromosikan peran yang jelas bagi anak-anak", dan menyediakan kesempatan kepada anak-anak untuk mencoba keterampilan baru.

  • Jadwalkan keseimbangan antara penggunaan teknologi dan aktivitas

Chris menekankan bahwa peran orang dewasa adalah mengajarkan anak-anak cara menjelajahi aktivitas baru, sambil menyediakan struktur dan konsistensi yang dapat diprediksi atau terukur.

Ia menyarankan agar keluarga membuat jadwal mingguan yang menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan 'energi keluar' yang setara; berupa gerakan, sentuhan, koneksi, dan alam.

  • Hubungkan perusahaan dengan masyarakat

Crismenunjukkan pentingnya menghubungkan perusahaan dengan masyarakat, untuk menciptakan masa depan yang ramah bagi anak-anak. Jangan sampai perusahaan hanya bekerja mengeksploitasi anak sebagai konsumen.

Menurut Chris, perusahaan teknologi semestinya mengalihkan sebagian laba ke dalam dukungan untuk taman bermain, tiket rekreasi untuk anak-anak, taman dan jalur alam, serta perjalanan berkemah sekolah untuk membantu membangun masyarakat yang sehat.

Bahan Bacaan

Cris Rowan, Ten Steps to Successfully Unplug Children from Technology, https://movingtolearn.ca, diakses 25 September 2024

Cris Rowan, Ten Steps to Successfully Unplug Children from Technology, https://www.keepingintouchbc.com, 11 Juni 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun