Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

10 September, Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia

10 September 2024   09:16 Diperbarui: 10 September 2024   09:26 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/Andrii Kalenskyi

Hari ini Selasa 10 September 2024, adalah World Suicide Prevention Day (WSPD) atau Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. WSPD diperingati masyarakat dunia setiap tahun pada tanggal 10 September.

Persoalan bunuh diri terus menjadi isu internasional, dan jumlahnya menunjukkan angka yang mengejutkan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap 40 detik ada seseorang yang bunuh diri. Itu berarti sekitar 800.000 orang di seluruh dunia setiap tahun, bahkan beberapa perkiraan menyebutkan jumlahnya mendekati satu juta.

Bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat dunia, pada kelompok usia 15-29 tahun. 77% kasus bunuh diri global terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Realitas yang terjadidimasyarakat, banyak kasus bunuh diri terjadi secara impulsif pada saat-saat krisis dengan gangguan dalam kemampuan menghadapi tekanan kehidupan. Stres yang muncul karena masalah keuangan, putusnya hubungan, rasa sakit dan penyakit kronis, adalah contoh pemicu bunuh diri.

Selain itu, mengalami konflik, bencana, kekerasan, pelecehan, atau kehilangan dan rasa terisolasi sangat terkait dengan perilaku bunuh diri. Tingkat bunuh diri juga tinggi di kalangan kelompok rentan yang mengalami diskriminasi, seperti pengungsi dan migran; masyarakat adat; lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks (LGBTI); dan tahanan.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2023 lalu menyatakan, kasus bunuh diri hanyalah puncak gunung es. Untuk setiap kematian akibat bunuh diri, terdapat sekitar 3 kejadian rawat inap karena melukai diri sendiri, 8 kunjungan gawat darurat terkait bunuh diri, serta 38 percobaan bunuh diri yang dilaporkan sendiri dalam satu tahun terakhir.

Faktor Pemicu Bunuh Diri

Ada beberapa faktor yang diketahui bisa memicu bunuh diri.

Pertama, Faktor Genetik

Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Prevalensi bunuh diri berkisar antara 1,5 - 3 kali lebih besar terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood atau depresi yang pernah melakukan upaya bunuh diri.

Kedua, Faktor Biologis

Biasanya berhubungan dengan keadaan-keadaan tertentu seperti penyakit kronis/kondisi medis tertentu yang sudah berat, misalnya stroke, gangguan kerusakan kognitif (dimensia), diabetes, penyakit arteri koronaria, kanker, HIV/AIDS, dan lain-lain.

Ketiga, Faktor Psikososial dan Lingkungan

Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi dan kemarahan, perasaan negatif terhadap diri sendiri dan berakhir depresi. Beck menyatakan bahwa adanya pola kognitif negatif yang berkembang, yaitu seseorang yang memandang rendah diri sendiri.

Keempat, Stressor Lingkungan

Emile Durkheim membagi suicide dalam tiga kategori yaitu: egoistic (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial), altruistic (melakukan suicide untuk kebaikan orang lain) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).

Kasus Bunuh Diri Pada Remaja

Bunuh diri bisa terjadi pada semua kelompok usia. Hafen dan Frandsen (1985) menyatakan, penyebab bunuh diri pada remaja adalah 9 masalah berikut ini.

(1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna,

(2) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal,

(3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan,

(4) Perasaan tidak dimengerti orang lain,

(5) Kehilangan orang yang dicintai,

(6) Keadaan fisik,

(7) Masalah dengan orang tua,

(8) Masalah seksual,

(9) Depresi.

Sebelas Tanda Seseorang Berpotensi Bunuh Diri

Kecenderungan bunuh diri sebenarnya bisa dikenali sejak dini. Masalahnya, tidak semua orang mengetahui bahwa hal tersebut merupakan gejala atau tanda bahwa seseorang akan melakukan bunuh diri.

Berikut 11 tanda seseorang berpotensi bunuh diri.

  • Berbicara tentang keinginan untuk mati atau bunuh diri
  • Mencari cara untuk bunuh diri
  • Berbicara tentang perasaan putus asa atau tidak punya alasan untuk hidup
  • Berbicara tentang perasaan terjebak atau sakit yang tak tertahankan
  • Berbicara tentang menjadi beban bagi orang lain
  • Meningkatkan penggunaan alkohol atau obat-obatan
  • Bertingkah cemas atau gelisah; berperilaku sembarangan / ceroboh
  • Tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak
  • Menarik diri atau merasa terisolasi
  • Menunjukkan kemarahan atau berbicara tentang balas dendam
  • Menampakkan perubahan suasana hati yang ekstrim

Bisa Dicegah

Bunuh diri bisa dicegah. Pada umumnya orang dengan pikiran bunuh diri tidak benar-benar ingin mati. Mereka hanya tidak ingin hidup dengan luka dan merasakan sakit.

Membantu orang dengan kecenderungan bunuh diri untuk mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran dan perasaanya bisa menyelamatkan nyawa. Jangan meremehkan kemampuan kita untuk bisa menolongnya.

Mari saling peduli. Mari saling terhubung. Hanya dengan bersedia mendengarkan keluhan atau curhat seseorang, Anda berpotensi menyelematkan seseorang dari bunuh diri.

Daftar Pustaka

Brent Q. Hafen & Kathryn J. Frandsen, Psychological Emergencies & Crisis Intervention, 1985

Centers for Disease Control and Prevention, Fatal Injury Data, https://www.cdc.gov, 8 November 2023

CDC, Fakta Tentang Bunuh Diri, https://www.cdc.gov, 8 Mei 2023

CPMH UGM, Pedoman Pertolongan Pertama Psikologis Pada Upaya Bunuh Diri, https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id, 17 Oktober 2020

Centers for Disease Control and Prevention, Fatal Injury Data, https://www.cdc.gov, 8 November 2023

Syarifah R. Jannah, Review of Emergency Treatment for Suicidal Patients, https://jurnal.usk.ac.id, 2017

The Suicide Prevention Resource Center (SPRC), Warning Signs of Suicide, https://sprc.org, diakses 13 November 2023

WHO International, Suicide, https://www.who.int, 28 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun