"Present boredom is positively correlated with a decrease in satisfaction 9 years in the future" (Irene Tsapelas dkk, 2009).
Hasil riset Brian Ogolsky dan tim (2015) menunjukkan, fluktuasi komitmen individu terhadap pernikahan dari waktu ke waktu akan memprediksi kondisi hubungan di masa depan. Memang tidak mudah memprediksi kondisi hubungan, karena setiap pasangan bisa berbeda kisah dan dinamikanya.
Gary Lewandowski dalam Psychology Today (2020) menyatakan, hubungan dan pengalaman psikologis kita rumit. Bahkan setiap hubungan tidak selalu dapat masuk dengan tepat ke dalam berbagai kategori yang dibuat oleh para ahli. Namun berbagai hasil studi bisa dijadikan kerangka untuk memahami dinamika hubungan serta mengantisipasi.
Misalnya sebuah studi yang dilakukan oleh Irene Tsapelas dan tim (2009) menemukan, bahwa kebosanan dalam hubungan pernikahan saat ini, berkorelasi dengan kepuasan pernikahan 9 (sembilan) tahun ke depan. Studi ini bisa digunakan untuk melakukan suatu antisipasi, agar pasangan suami istri tidak lalai.
"Present boredom is positively correlated with a decrease in satisfaction 9 years in the future. Kebosanan saat ini berkorelasi positif dengan penurunan kepuasan 9 tahun ke depan" (Irene Tsapelas dkk, 2009).
Kondisi kebosanan dalam hubungan pernikahan saat ini, ternyata bisa berdampak panjang. Bukan hanya kondisi dan gejala sesaat. Namun menjadi sebuah gejala yang bisa memengaruhi keharmonisan rumah tangga hingga sembilan tahun ke depan. Tentu saja, tak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Bagaimana kebosanan hubungan bisa memengaruhi kepuasan pernikahan? "Kebosanan akan melemahkan kedekatan, yang pada gilirannya akan melemahkan kepuasan," ungkap Tsapelas.
Selanjutnya Tsapelas menyatakan, "Temuan ini menunjukkan bahwa bukan hanya konflik, namun kebosanan dapat mengubah pola hubungan dalam jangka panjang."
Suami istri yang membiarkan terjadinya kebosanan dalam kehidupan pernikahan, membuat hilangnya kedekatan. Hubungan mereka berjarak, tidak lagi intim dan lekat. Jarak psikologis yang membentang menyebabkan mereka tidak bisa menikmati kebersamaan sebagai pasangan.
Tsapelas menyatakan, "Kegembiraan dalam hubungan suami istri akan memfasilitasi lahirnya kedekatan, yang pada gilirannya meningkatkan kepuasan hubungan dalam jangka panjang."
Membangun Intimacy
Yang sangat diperlukan adalah usaha membangun kelekatan atau intimacy suami istri. John M. Gottman menyatakan, "Couples who know each other intimately [and] are well versed in each other's likes, dislikes, personality quirks, hopes, and dreams are couples who make it."
Menurut Gottman, "Pasangan yang saling mengenal secara intim [dan] sangat memahami kesukaan, ketidaksukaan, keunikan kepribadian, harapan, dan impian satu sama lain adalah pasangan yang berhasil."
Untuk itu, saat kebosanan mulai mendera, pasangan suami istri harus segera melakukan langkah antisipasi. Terry Gaspard dari Gottman Institute menyatakan, "Intimacy is not something freely given. It requires your attention, willingness, and intentional effort. Keintiman bukanlah sesuatu yang diberikan secara cuma-cuma. Itu membutuhkan perhatian, kemauan, dan usaha yang disengaja."
Menurut Gaspard, "To be truly intimate means to be present for all the shades of life: the light, the shadow, and the in-between. Through mindfulness, you enhance your capacity to show up, to get close, and to tune in to the transpersonal. It fuels the love in our human connections."
"Menjadi benar-benar intim berarti hadir untuk semua nuansa kehidupan: cahaya, bayangan, dan di antaranya. Melalui perhatian penuh, Anda meningkatkan kapasitas Anda untuk muncul, mendekat, dan mendengarkan transpersonal. Ini memicu cinta dalam hubungan manusiawi kita," ungkap Gaspard.
Sangat banyak usaha yang bisa dilakukan pasangan untuk membangun kelekatan. Kory Floyd dalam bukunya "Widening the Family Circle" (2013) menyatakan, berpegangan tangan, berpelukan, dan sentuhan dapat melepaskan hormon oksitosin sehingga menimbulkan sensasi menenangkan. Studi menunjukkan oksitosin juga dilepaskan selama orgasme seksual.
Irene Tsapelas juga menyatakan, "Couples can reduce boredom with shared exciting activities. Pasangan dapat mengurangi kebosanan dengan melakukan aktivitas bersama yang menyenangkan."
Ingat, kebosanan yang Anda rasakan sekarang, bisa berdampak terhadap turunnya kepuasan pernikahan 9 tahun yang akan datang. Maka jangan abaikan hadirnya kebosanan. Segera lakukan tindakan penyegaran.
Bahan Bacaan
Brian G. Ogolsky dkk, Pathways of Commitment to Wed: The Development and Dissolution of Romantic Relationships, https://doi.org/10.1111/jomf.12260, publikasi 20 Oktober 2015, diakses dari https://onlinelibrary.wiley.com/
Gary W. Lewandowski Jr., Predicting Your Relationship Future, Marriage or Misery? https://www.psychologytoday.com, 15 Juni 2020
Irene Tsapelas dkk, Marital Boredom Now Predicts Less Satisfaction 9 Years Later, Psychological Science 20(5):543-5, Mei 2009, DOI:10.1111/j.1467-9280.2009.02332.x, http://www.sagepublications.com
Kory W. Floyd, Widening the Family Circle, SAGE Publication, 2013
Terry Gaspard, 10 Ways to Rekindle the Passion in Your Marriage, https://www.gottman.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H