Kesembilan, Respek Adalah Kunci. Simak kembali di sini.Â
Kesepuluh, Lakukan Bimbingan dan Konseling
Hafiz Muneeb (2022) menyatakan, "Marriage is the most beautiful relationship in the world. But unfortunately, we ruin this relationship because of our ego. Pernikahan adalah hubungan terindah di dunia. Namun sayangnya, kita merusak hubungan ini karena ego kita".
Bulan madu di awal pernikahan yang sedemikian syahdu, bisa rusak oleh sikap egois, tidak bersedia beradaptasi dengan pasangan, dan menuntut pasangan secara berlebihan. Ketika pasangan suami istri dilanda kebosanan dalam pernikahan, dengan sembilan upaya yang telah diulas dalam sembilan postingan terdahulu, telah mampu keluar dari zona kebosanan tersebut.
Namun ada kalanya, berbagai upaya telah dilakukan, dan tak bisa mengatasi persoalan kebosanan atau kelelahan. Rasa lelah sedemikian mendera suasana pernikahan mereka. Rumah tangga tak lagi menjadi surga, namun telah berubah menjadi penjara yang menyiksa.
Dalam kondisi seperti itu, hendaknya pasangan suami istri tidak membiarkan kebosanan dan kelelahan bercokol dalam kehidupan pernikahan. Segera lakukan tindakan yang bisa mengurai kondisi defisit cinta tersebut. Salah satunya adalah mengikuti bimbingan atau konseling pernikahan.
Apa perbedaan bimbingan dan konseling? Bimbingan (guidance) lebih bersifat preventif, untuk mencegah munculnya persoalan, atau untuk mencegah agar persoalan tidak berlanjut atau berlarut-larut. Sedangkan konseling adalah upaya menemukan solusi dari persoalan yang sudah terlanjut terjadi.
Dalam proses bimbingan maupun konseling, pasangan suami istri akan mendapatkan cara pandang yang berbeda. Hafiz Muneeb (2022) menyatakan, "Sometimes we need to observe things differently or from a different point of view than we can on our own. The specialists can help in this situation".
"Kadang-kadang kita perlu mengamati sesuatu secara berbeda atau dari sudut pandang yang berbeda dari yang bisa kita lakukan sendiri. Para spesialis (konselor) dapat membantu dalam situasi ini," ujar Muneeb.
Kebosanan dan kelelahan dalam pernikahan yang berlebihan, akan mendorong hadirnya suasana emosional pada suami maupun istri. Mereka tidak bisa berpikir jernih dan tenang. Mereka dibanjiri oleh emosi negatif yang membuat suasana semakin panas dan tegang.
Itu sebabnya mereka memerlukan pandangan ahli dalam melihat persoalan yang mereka hadapi. Mereka harus berani keluar dari subjektivitas, untuk melihat kondisi hubungan mereka secara lebih objektif. Ini hanya bisa dilakukan oleh orang lain --seorang expert, bukan oleh diri  mereka sendiri.