Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kebosanan dalam Pernikahan? Respect adalah Kunci!

26 Juli 2024   16:41 Diperbarui: 26 Juli 2024   16:43 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pada umumnya kebosanan dan kelelahan dalam pernikahan mulai dirasakan setelah berakhirnya masa bulan madu. Simak postingan sebelumnya di sini. Lalu bagaimana cara mengatasi gejala kebosanan dalam pernikahan?

Jika Anda mulai merasakan kebosanan dan kelelahan dalam pernikahan, harus diwaspadai dan dilakukan tindakan pencegahan. Berikut 10 cara mengatasinya, menurut Dr. Hafiz Muneeb, seorang ahli kesehatan dan sekaligus bloger produktif di platform Medium.

Pertama, Jangan Bandingkan Hubungan Anda. Simak kembali di sini.

Kedua, Temukan Sesuatu yang Baru Bersama Pasangan. Simak kembali di sini.

Ketiga, Pergi Berkencan Berdua Saja. Simak kembali di sini. 

Keempat, Ubah Cara Berpikir Anda. Simak kembali di sini. 

Kelima, Matikan Internet Saat Family Time. Simak kembali di sini. 

Keenam, Jangan Remehkan Kejutan. Simak kembali di sini.

Ketujuh, Tingkatkan Kapasitas Diri Anda. Simak kembali di sini.

Kedelapan, Pahami Kebutuhan Afeksi Pasangan. Simak kembali di sini.

Kesembilan, Respek Adalah Kunci

Kemenag RI menyampaikan data bahwa hingga akhir 2023 kemaren, perceraian di Indonesia berada di angka 24,8 persen. Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, di sepanjang 2022 telah terjadi 516.344 perceraian. Perselisihan dan pertengkaran disebut sebagai faktor utama penyebab perceraian nasional.

Cerai yang dipicu oleh perselisihan dan pertengkaran, jumlahnya mencapai 284.169 kasus atau setara 63,41% dari total kejadian perceraian. Rupanya, perselisihan dan pertengkaran mendominasi tren perceraian. Mereka lelah, dan akhirnya memutuskan untuk berpisah.

Mari kita mencoba menelisik sesuatu di balik fenomena perselisihan dan pertengkaran. Salah satunya adalah soal rendahnya respect atau penghargaan. Pasangan suami istri yang kehilangan respect, akan mudah kehilangan harapan, dan akhirnya mudah untuk memilih jalan perceraian.

Hafiz Muneeb (2022) menyatakan, "Marriage is more than just a relationship; in reality, it's a game of sacrifices. Your partner puts a lot of effort into making you happy. Then it would be lovely if you expressed your gratitude to your wife or husband".

Menurut Muneeb, "pernikahan lebih dari sekedar hubungan; pada kenyataannya, ini adalah permainan pengorbanan. Pasangan Anda berusaha keras untuk membuat Anda bahagia. Maka alangkah baiknya jika Anda mengungkapkan rasa terima kasih kepada istri atau suami Anda".

Banyak suami istri yang gagal memberikan sikap respect kepada pasangan. Sangat banyak tindakan baik dan terpuji telah dilakukan dalam perjuangan membangun keluarga yang harmonis sesuai harapan. Namun terkadang, berbagai tindakan tersebut tidak dilihat dan tidak dihargai oleh pasangan.

Perlu dipahami, respect bukan sekedar sebuah sikap menghormati atau menghargai secara formalistik. Respect harus melibatkan pengakuan tulus terhadap nilai intrinsik seseorang sebagai individu. Bahwa suami atau istri Anda adalah sosok pribadi yang unik, dan tidak bisa diberikan penilaian berdasarkan standar "keumuman" sebagai laki-laki atau perempuan.  

Maka Erich Fromm memberikan rumus, "to respect a person is not possible without knowing him. Menghormati seseorang tidak mungkin dilakukan tanpa mengenalnya". Usaha mengenali pasangan menjadi jalan penting untuk memunculkan sikap respect.

Hal ini sesuai dengan pengalaman pribadi Mark Manson, seorang konsultan pengembangan diri, bloger dan penulis buku. Suatu ketika Mark bertanya kepada ratusan ribu pembaca blog pribadinya, di markmanson.net. Pertanyaan Mark berkisar pada hal-hal apa yang bisa menjaga keutuhan dan kebahagiaan hubungan dengan pasangan dalam waktu lama.

Hampir 1.500 orang pembaca blog menjawab pertanyaan Mark. Ia merasa mendapatkan jawaban yang mencerahkan. Ternyata, sangat banyak pembaca yang menyampaikan faktor respect sebagai hal yang sangat utama dalam merawat keutuhan keluarga.

Dalam telaah terhadap jawaban responden, Mark Manson menemukan bahwa hal yang paling banyak dibicarakan oleh pasangan bahagia yang telah menjalani pernikahan selama puluhan tahun adalah respect. Bukan soal komunikasi.

Menurut Mark, orang-orang dengan pernikahan bahagia telah melalui serangkaian pengalaman kehidupan, dan mulai belajar bahwa komunikasi---tidak peduli seberapa terbuka, transparan, dan disiplinnya---akan rusak pada suatu saat. Konflik dengan pasangan tidak dapat dihindari dan perasaan akan terluka.

Mark menilai, hal yang menyelamatkan pernikahan, yang membuat Anda berdua mampu menerimaan "kesalahan manusiawi", adalah menghargai satu sama lain. Sangat penting bagi Anda untuk saling menghargai, dan memercayai satu sama lain --percaya bahwa bahwa pasangan Anda telah melakukan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.

Sepatutnya Anda tidak berfokus kepada "hasil" --apakah pasangan telah sesuai dengan harapan Anda. Hendaknya Anda melihat pada "usaha" --bahwa pasangan telah berupaya melakukan hal-hal yang lebih baik.

Ketika kita berfokus kepada hasil, akan cepat menimbulkan kekecewaan dan kelelahan. "Lelah menunggunya berubah", demikian yang sering diucapkan istri atas kondisi sang suami. Ia berfokus hasil, dan tak menemukan hasil perubahan seperti yang ia harapkan.

Andai saja ia bisa melihat proses --yaitu usaha untuk berubah, niscaya akan lebih adil menemukan hal-hal yang sangat patut dihargai. Melihat ketertatihan dalam proses menuju baik, meskipun hasilnya belum seperti harapan, adalah momentum memunculkan respect. Tanpa menunggu dirinya berubah sempurna --karena memang tidak akan pernah sempurna.

Maka kembangkan sikap penghargaan satu dengan yang lain. Jika kondisi pasangan belum sesuai harapan, Anda tetap bisa membangun respect terhadap usaha yang telah dilakukan.

Bahan Bacaan

Cahyadi Takariawan, Wonderful Love, Era Adicitra Intermedia, Solo, 2018

Hafiz Muneeb, Boredom in Marriage? 10 Ways to Deal With, https://drmuneeb.medium.com, 31 Agustus 2022

Mark Manson, 1,500 People Give All the Relationship Advice You'll Ever Need, https://markmanson.net, diakses 18 Desember 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun