Tak berapa lama, KPU secara resmi mengumumkan kemenangan pasangan Prabowo -- Gibran. Selanjutnya, pelantikan digelar secara resmi. Presiden -- Wakil Presiden RI resmi berganti.
Pagi berikutnya aku berangkat ke sekolah untuk mengajar. Di sepanjang jalan, banyak orang berjualan foto dalam pigura, Presiden dan Wakil Presiden baru untuk negeri tercinta.
Aku berhenti untuk membeli foto sepasang. Dengan niat, aku harus segera mengganti foto yang terpasang di dalam kelas tempatku mengajar.
Sesampai di kelas, rupanya aku sudah terlambat. Anak-anak sudah ramai memasang gambar-gambar di dinding. Amat sangat banyak.
Ada yang memasang foto Anies Baswedan. Ada yang memasang foto Ganjar Pranowo. Ada yang memasang foto Cak Imin. Ada yang memasang foto Mahfud MD. Ada yang memasang foto Jokowi. Ada yang memasang foto Megawati.
Di dinding sebelah, ada yang memasang foto Iwan Fals. Ada yang memasang foto Rocky Gerung. Ada yang memasang foto Connie Bakri. Ada yang memasang foto Habib Rizieq. Ada yang memasang foto Nikita Mirzani. Ada yang memasang foto Lee Min Ho. Ada yang memasang foto Ustadz Abdul Somad.
Ada pula yang memasang foto cicak. Ada yang memasang foto buaya. Ada yang memasang foto belimbing. Ada yang memasang foto durian. Ramai dinding kelasku penuh foto-foto terpasang.
Aku berkeliling kelas. Menyaksikan foto-foto dipasang siswa siswi dengan riang gembira. Mereka semua tertawa-tawa bahagia.
Mendadak aku tersentak. Tak ada foto Prabowo dan Gibran di dinding itu. Aku berteriak, "Hai kalian semua, apa kalian tidak tahu Presiden kita sudah berganti? Mengapa kalian tidak memasang foto Presiden dan Wakil Presiden terpilih?"
"Kami tahu bapak yang akan memasangnya. Silakan dipasang Pak..." jawab murid-muridku serentak.
Gubrak! Aku sangat kaget. Dari mana mereka tahu kalau aku telah membeli foto itu? Dari mana mereka tahu aku akan memasang foto itu di kelasku?