Ada pula perempuan yang menikah dengan laki-laki karena ada tujuan politik yang ingin didapatkan dari pernikahan tersebut. Pernikahan seperti ini bisa disebut sebagai pernikahan politik. Mungkin untuk kepentingan pemenangan pilihan kepala desa, pemilihan kepala daerah, pemilu legislatif dan lain sebagainya.
Pernikahan yang dilandasi motivasi kepentingan politik, akan cepat kandas tatkala kepentingan dan tujuan politik tersebut tidak berhasil didapatkan. Ternyata setelah menikah, dirinya tidak bisa mencapai tujuan politik seperti yang diharapkan.
Jika terjadi situasi ini, akan membuat kekecewaan yang berlebihan, sehingga keluarga tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Tujuan politik belum tentu tercapai, keharmonisan keluarga pun terabaikan.
Meluruskan Motivasi Menikah
Itu semua adalah contoh motivasi menikah yang lemah dan membuat keluarga mudah goyah. Oleh karena itu, sangat penting untuk meluruskan dan menguatkan motivasi.
Hendaknya niat menikah benar-benar lillahi Ta'ala, untuk menunaikan ibadah, untuk menjalankan sunnah, untuk merealisasikan syari'ah. Inilah motivasi yang lurus dan kokoh. Bercorak dan berdimensi ukhrawi. Bukan semata-mata untuk tujuan dan keinginan yang duniawi.
Jika menikah semata-mata bermotifkan kepentingan dan keinginan dunia, maka yang didapatkan hanyalah segala sesuatu yang sementara. Bahkan terkadang bercorak maya, bukan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H