Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

6 Aspek Kedewasaan dalam Kehidupan Pernikahan

8 Desember 2023   09:47 Diperbarui: 8 Desember 2023   10:04 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam membangun kehidupan berumah tangga, orang-orang dewasa mampu merumuskan tujuan dengan jelas. Mereka juga mampu menjalankan peran yang sesuai dengan konteks pencapaian tujuan.

Suami istri yang terjebak dalam kerangka acuan anak-anak sering kali bereaksi berlebihan secara emosional terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak penting dalam kehidupan. Kekecewaan dan ketersinggungan pribadi menjadi isu besar yang bisa merusak keharmonisan rumah tangga.

Akhirnya mereka melupakan tujuan besar pernikahan, dan berkubang dalam permusuhan emosional dengan pasangan. Saling menuduh dan saling menyalahkan, tanpa mau kembali kepada tujuan.

  • Menjalin Kesetaraan dalam Hubungan

Orang-orang dewasa mampu mengupayakan keseimbangan dalam hubungan dengan pasangan. Suami dan istri tidak saling mendominasi. Mereka menjalani relasi secara seimbang dan setara dalam bingkai norma.

Firestone menyatakan, "Orang-orang yang tindakannya didasarkan pada cara orang dewasa, akan berhubungan satu sama lain sebagai individu mandiri yang saling memberi dan menerima dalam pemuasan/pemenuhan kebutuhan timbal balik." Suami istri mampu mengembangkan kapasitas mereka untuk memberi dan menerima cinta bersama pasangan.

Sifat anak-anak akan cenderung selalu meminta. Jika pasangan suami istri terjebak dalam sifat kekanakan, mereka akan saling meminta, dan tidak bersedia saling memberi. Padahal dalam membangun rumah tangga, yang diperlukan bukan hanya pemberian, namun dituntut pula pengorbanan.

  • Mampu Bersikap Proaktif dan Asertif

Orang dewasa bersifat proaktif dan asertif, bukan pasif dan hanya bergantung kepada pasangan atau pihak lain. Suami dan istri tidak merasa menjadi korban kehidupan atau mengeluh, atau mudah melimpahkan masalah kepada orang lain. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tepat dan mampu mencari serta menemukan solusi.

Ketika pasangan suami istri bersikap pasif, menunggu inisiatif pasangan, maka keluarga menjadi jumud dan membosankan. Saat menghadapi suasana atau masalah yang menekan, kedua belah pihak tak melakukan tindakan apapun, karena menunggu inisiatif pasangan. Sambil menyalahkan pasangan, "Dia tidak punya inisiatif". Inilah contoh tindakan tidak dewasa.

Orang dewasa akan bertindak proaktif, bukan menunggu reaksi pasangan. Suami dan istri bersedia memberikan hal terbaik untuk pasangan demi keharmonisan pernikahan mereka.

  • Non-defensif dan Mengembangkan Keterbukaan

Orang yang matang secara emosional tidak memiliki reaksi defensif atau marah terhadap masukan dan nasehat. Mereka tidak begitu saja menolak pandangan negatif. Orang dewasa bersedia menerima nasehat dan membangun perubahan.

Anak-anak cenderung defensif, dan tidak mau menerima nasehat. Jika pasangan suami istri mengembangkan sikap ketidakdewasaan, mereka akan selalu merasa benar, dan tidak mau mendengar serta menerima masukan pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun