Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Anatomi" Kesepian, Apakah Anda Mengalami?

30 November 2023   18:30 Diperbarui: 30 November 2023   18:34 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hanya menimbulkan masalah kesehatan, perasaan kesepian bahkan telah memacu tingginya angka bunuh diri di Jepang. Sebagaimana diketahui, Jepang adalah negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia, menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).

Sebuah survei yang diberitakan kantor Berita Agence France Presse (AFP) di Tokyo tahun 2012 menunjukkan bahwa lebih dari seperempat warga Jepang berusia 20-an berpikir untuk mengakhiri hidup. Survei menemukan 28,4 % responden di usia 20-an ingin bunuh diri. Ini merupakan angka tertinggi dari segala tingkatan usia. Sebab terbesar dari keinginan bunuh diri adalah rasa kesepian.

Insan Beriman Tak Akan Kesepian

Studi yang dilakukan Gary T. Reker dan kawan-kawannya di tahun 1987 menemukan, religiusitas dan kesehatan mental saling terkait. Keyakinan dan praktik keagamaan memberikan pengikutnya tujuan hidup yang jelas, dan tujuan hidup merupakan prediktor utama kesehatan mental.

Meskipun makna dan tujuan dapat dicari dengan banyak cara, dalam ajaran Islam tersedia jawaban lengkap terhadap pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang kita semua temui pada suatu saat dalam hidup.

Dalam ajaran Islam sangat banyak panduan untuk menanamkan ketahanan spiritual dan psikologis, toleran terhadap ketidakpastian, dan berbagai kebajikan lainnya. Sebagaimana Allah berfirman, "Kami tidak menurunkan Al-Qur'an kepadamu untuk membuat kesusahan" (QS. Thaha: 2).

Allah menurunkan Al-Qur'an untuk mendatangkan kenyamanan dan kepuasan. Hal ini menempatkan Al-Qur'an sebagai pusat perbincangan tentang kesehatan mental umat Islam. Nabi saw mengajarkan agar meminta kepada Allah untuk kesehatan mental kita,

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.

Sesungguhnya tidak layak bagi kita untuk merasa kesepian. Kita punya Allah, tempat kita curhat dan berkeluh kesah tentang segala masalah kehidupan. Kita juga punya banyak keluarga dan sahabat tempat berbagi. Lalu bagaimana bisa merasa kesepian?

Bahan Bacaan

Aliah B. Purwakania Hasan & Abas Mansur Tamam, The Implementation of Mental Health Concept by Imam Al-Ghazali in Islamic Counseling Guidance, Journal of Strategic and Global Studies Vol 1 No 1, Januari 2018, https://scholarhub.ui.ac.id/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun