Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Marak The Tinder Swindler dalam Perjodohan, Waspada!

22 November 2023   05:22 Diperbarui: 22 November 2023   05:50 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, proses perjodohan dan pernikahanpun mengalami perubahan. Banyak pihak menawarkan proses perkenalan sampai perjodohan secara online, menggunakan beragam aplikasi.

Satu sisi, aktivitas ini memudahkan proses perkenalan hingga perjodohan. Di sisi lain, terdapat bahaya yang sangat serius jika tidak waspada dan berhati-hati. Penipuan melalui aplikasi perkenalan online, sedang marak menjadi perbincangan semenjak hadirnya film dokumenter The Tinder Swindler di Netflix (2022).

Film The Tinder Swindler menceritakan kasus penipuan yang dilakukan oleh pria asal Israel, bernama Simon Leviev. Lelaki ini "sukses" menipu beberapa wanita yang ditemuinya melalui aplikasi kencan Tinder. Baik di Tinder maupun saat bertemu secara langsung, Simon memamerkan berbagai kekayaan dan kemewahan pada wanita yang dikencani.

Setelah para wanita tersebut luluh dan terpikat, ia mulai membujuk pasangan yang dikencaninya untuk mengirim uang dengan berbagai alasan yang membuat korban mempercainya. Dari sini penipuan terus berkembang. Bukan hanya penipuan dalam konteks perjodohan, namun juga mencakup pemerasan uang dan kekayaan.

Kate Konlin (23 tahun) adalah salah satu korban Leviev. Konlin adalah foto model internasional dan menjadi sampul majalah Vogue Jepang, Grazia Italia, dan Wallpaper di Inggris. Kondisi finansialnya sangat baik, dan Leviev mengetahui itu.

"Awalnya, hubungan kami dipenuhi cinta," ujar Konlin. "Dia seperti terobsesi dengan saya."

Konlin merasa berbahagia menjumpai lelaki "sebaik" dan "sekaya" Leviev. Dalam aksinya, Leviev tak segan menemani Konlin ke sesi pemotretan dan menungguinya saat bekerja. Dia rela membantu membersihkan rumah Konlin, lalu mengirimi pesan suara yang lembut dan penuh kasih.

Siapa wanita tak terpikat dengan tindakan seperti ini. Namun setelah beberapa bulan perkenalan berjalan, Leviev mulai menunjukkan gejala tidak wajar. Ia mulai meminta uang kepada Konlin  --dengan dalih meminjam uang Konline, hingga mencapai ribuan dolar. Total uang yang digunakan Leviev mencapai US$150.000 atau sekitar Rp2,27 miliar.

"Saya mengatakan, 'Cukup, saya pergi. Saya tidak tahan lagi.' Saya mulai mengepak barang-barang saya," ungkap Konlin, setelah beragam peristiwa buruk menimpa dirinya.

"Saya merasa sudah mati. Saya ingin bunuh diri," ujar Konlin. Ia merasa sangat tertekan dengan perilaku Leviev.

Kasus seperti kisah The Tinder Swindler ini sangat banyak dijumpai dalam kehidupan nyata. Sebuah data yang diunggah oleh media online Deutsche Welle (DW) Indonesia mencatat, pada tahun 2020 di Amerika Serikat, penipuan berkedok romansa berhasil menggondol uang sebesar 300 juta dolar AS atau kurang lebih senilai Rp4,3 triliun.

Kasus "The Tinder Swindler" Ala Indonesia

Bunga --bukan nama sebenarnya, adalah salah seorang contoh korban Tinder Swindler versi Indonesia. Ia mengaku menyesal bisa terjerumus ke dalam praktik penipuan online itu.

Ketika intens berkomunikasi dengan pelaku melalui salah satu dating apps, Bunga sudah diperingatkan oleh rekannya untuk tidak terlalu mempercayai seseorang yang belum pernah ditemui langsung dan diketahui latar belakangnya.

Bunga mengaku luluh dengan kata-kata manis pelaku. Misalnya, pelaku memberikan perhatian lebih sehari-hari. Dari kasus ini Bunga menanggung kerugian sekitar 8.040 Dollar AS akibat penipuan itu.

Bunga hanya salah satu contoh korban penipuan dari aktivitas perkenalan online. Kompas.com memberitakan kisah seorang perempuan (45 th) yang menjadi korban penipuan oleh pria yang dikenalnya lewat aplikasi kencan online. Perempuan itu menderita kerugian Rp 115 juta.

Kejadian berawal saat ia berkenalan dengan seorang lelaki di sebuah aplikasi pada Agustus 2021. Lelaki itu mengaku dari biro jodoh. Mereka melanjutkan komunikasi intens, selama dua bulan. Dalam kurun waktu tersebut, pihak lelaki meminta uang dengan cara transfer. Ia beralasan akan membuatkan deposito atas nama si perempuan.

Kisah semacam itu dengan sangat mudah kita dapatkan dalam pemberitaan berbagai media. Di antaranya, Antara.com memuat berita "Cari Jodoh di Internet Malah Tertipu Rp35 Juta"; SindoNews pernah memuat berita "15 Janda, Bidan, dan Dokter di Ponorogo jadi Korban Penipuan Kencan Online"; Suara.com pernah memuat berita "Delapan Remaja di Semarang Tertipu Biro Jodoh Online", dan lain sebagainya.

Selalu Waspada

Hal yang harus sangat dalam pertemanan dan pencarian jodoh secara online adalah soal kredibilitas paltform. Pastikan memilih platform yang bisa dipercaya. Jangan sembarangan memilih platform pertemanan dan perjodohan.

Dalam konteks perjodohan, pilih platform yang setiap tahap dan proses perkenalan selalu terbimbing oleh pengelola. Dengan demikian, perkenalan hingga perjodohan bukan inisiatif bebas dari setiap member. Namun melalui mediasi pengelola platform.

Selain nilai kredibilitas platform, perlu dicermati pula perilaku inidividu, agar tidak terjebak modus penipuan. Ada ciri penipuan yang bisa diamati, seperti misalnya buru-buru meminta calon korban untuk pindah ke platform chat. Mereka agresif menggiring calon korban untuk melakukan komunikasi langsung melalui chatting.

Pelaku penipuan cenderung menghindari ajakan pertemuan langsung, dengan berbagai alasan. Meskipun dalam banyak kejadian, penipu juga berani bertemu langsung, menjalin hubungan romantis, dan ujungnya melakukan pemerasan terhadap korban --seperti kisah Tinder Swindler.

Penipu juga cenderung  gencar dan terlalu cepat bertanya berbagai informasi pribadi. Ciri lainnya, dalam komunikasi, penipu cenderung pamer keuangan dan kekayaan, serta tampil begitu sempurna. Menampilkan citra diri yang dilebih-lebihkan, tidak tampil apa adanya.

Waspadalah, jangan terjebak casing, janji manis dan citra diri yang berlebihan. Dekatkan diri kepada Allah, mintalah petunjuk agar dimudahkan dalam memilih calon jodoh terbaik untuk dunia dan akhirat.

Bahan Bacaan

AntaraNews, Cari Jodoh di Internet Malah Tertipu Rp35 Juta, https://www.antaranews.com, 26 Desember 2007

DW Indonesia, Ingin Cari Jodoh Online? Waspadai Jebakan Cinta Palsu, https://www.dw.com, 24 Februari 2022

Kompas.com, Wanita Ini Tertipu Rp 115 Juta oleh Kenalan dari Aplikasi Kencan Online, https://regional.kompas.com, 6 Desember 2021

SindoNews, 15 Janda, Bidan, dan Dokter di Ponorogo jadi Korban Penipuan Kencan Online, https://daerah.sindonews.com,  27 Januari 2023

Suara.com, Delapan Remaja di Semarang Tertipu Biro Jodoh Online, Ini Kata Psikolog, https://jateng.suara.com, 15 Februari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun