Kasus seperti kisah The Tinder Swindler ini sangat banyak dijumpai dalam kehidupan nyata. Sebuah data yang diunggah oleh media online Deutsche Welle (DW) Indonesia mencatat, pada tahun 2020 di Amerika Serikat, penipuan berkedok romansa berhasil menggondol uang sebesar 300 juta dolar AS atau kurang lebih senilai Rp4,3 triliun.
Kasus "The Tinder Swindler" Ala Indonesia
Bunga --bukan nama sebenarnya, adalah salah seorang contoh korban Tinder Swindler versi Indonesia. Ia mengaku menyesal bisa terjerumus ke dalam praktik penipuan online itu.
Ketika intens berkomunikasi dengan pelaku melalui salah satu dating apps, Bunga sudah diperingatkan oleh rekannya untuk tidak terlalu mempercayai seseorang yang belum pernah ditemui langsung dan diketahui latar belakangnya.
Bunga mengaku luluh dengan kata-kata manis pelaku. Misalnya, pelaku memberikan perhatian lebih sehari-hari. Dari kasus ini Bunga menanggung kerugian sekitar 8.040 Dollar AS akibat penipuan itu.
Bunga hanya salah satu contoh korban penipuan dari aktivitas perkenalan online. Kompas.com memberitakan kisah seorang perempuan (45 th) yang menjadi korban penipuan oleh pria yang dikenalnya lewat aplikasi kencan online. Perempuan itu menderita kerugian Rp 115 juta.
Kejadian berawal saat ia berkenalan dengan seorang lelaki di sebuah aplikasi pada Agustus 2021. Lelaki itu mengaku dari biro jodoh. Mereka melanjutkan komunikasi intens, selama dua bulan. Dalam kurun waktu tersebut, pihak lelaki meminta uang dengan cara transfer. Ia beralasan akan membuatkan deposito atas nama si perempuan.
Kisah semacam itu dengan sangat mudah kita dapatkan dalam pemberitaan berbagai media. Di antaranya, Antara.com memuat berita "Cari Jodoh di Internet Malah Tertipu Rp35 Juta"; SindoNews pernah memuat berita "15 Janda, Bidan, dan Dokter di Ponorogo jadi Korban Penipuan Kencan Online"; Suara.com pernah memuat berita "Delapan Remaja di Semarang Tertipu Biro Jodoh Online", dan lain sebagainya.
Selalu Waspada
Hal yang harus sangat dalam pertemanan dan pencarian jodoh secara online adalah soal kredibilitas paltform. Pastikan memilih platform yang bisa dipercaya. Jangan sembarangan memilih platform pertemanan dan perjodohan.
Dalam konteks perjodohan, pilih platform yang setiap tahap dan proses perkenalan selalu terbimbing oleh pengelola. Dengan demikian, perkenalan hingga perjodohan bukan inisiatif bebas dari setiap member. Namun melalui mediasi pengelola platform.