Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

8 Sisi Paling Romantis dalam Kehidupan Nabi

7 Juli 2023   09:14 Diperbarui: 7 Juli 2023   09:23 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini menyambut kebahagiaan 17 tahun pernikahan Kang Maulana Yusup dan Mbak Dian Ayu "Echa", 8 Juli 2023. 

***

Ada sangat banyak keteladanan sikap yang harus kita ambil dari Nabi saw dalam kehidupan berumah tangga. Sikap dan perilaku yang dicontohkan Nabi saw ini menjadi pedoman dalam meraih keberkahan, membangun kebahagiaan serta mempertahankan keutuhan keluarga.

Nabi adalah sosok suami yang sangat romantis kepada istri. Sikap romantis inilah yang menyebabkan suasana keluarga menjadi menyenangkan dan penuh kebahagiaan.

Pertama, mengenal sifat dan karakter istri 

Nabi Saw mengenal istri beliau dengan baik, bahkan sangat detail. Sedemikian detail, sampai beliau mengetahui pilihan kata 'Aisyah. Beliau bisa membedakan kapan 'Aisyah marah dan kapan 'Aisyah ridha.

'Aisyah berkata, "Rasulullah Saw berkata kepadaku, "Sesungguhnya aku tahu kapan engkau sedang ridha kepadaku dan kapan engkau sedang marah kepadaku". Aku berkata, "Dari mana engkau tahu hal itu?"

Beliau Saw berkata, "Jika engkau ridha kepadaku maka engkau berkata : Demi Rabbnya Muhammad. Jika engkau sedang marah, engkau berkata : Demi Rabbnya Ibrahim". Aku berkata, "Benar, demi Allah wahai Rasulullah Saw aku tidak menghajr (marah) kecuali hanya kepada namamu" (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, bersikap mesra dan memuliakan istri

Banyak kemesraan yang Nabi saw contohkan kepada umatnya. Misalnya, beliau makan berdua dengan 'Aisyah, istri tercinta.

Aisyah menceritakan, "Aku minum air pada sebuah gelas dalam kondisi haid, kemudian aku menyerahkannya kepada Nabi saw. Kemudian Nabi saw menaruh bibirnya persis di bekas tempat aku minum. Saat aku makan sepotong daging, kemudian aku serahkan sisanya kepada Nabi saw, beliau juga menaruh bibirnya di bekas gigitanku" (HR Ibnu Hibban).

Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Waliyuddin at-Tabrizi (wafat 741 H) dalam kitab "Misykatul Mashabih ma'a Mir'atil Mafatih" menjelaskan, bahwa hadits di atas menjadi dalil diperbolehkanya bercumbu rayu dengan istri yang sedang haidh, duduk dengannya, makan bersama, dan mengambil sisa-sisa makanan dan minuman darinya.

Kemesraan Nabi saw ditunjukkan pula dengan senang mencium istri. 'Aisyah berkata, "Rasulullah saw jika selesai shalat Ashar maka beliau masuk menemui istri-istrinya lalu mencium dan mencumbui salah seorang di antara mereka" (HR. Bukhari dan Muslim). Ummu Salamah berkata bahwasanya Rasulullah saw menciumnya dan ia sedang puasa (HR. Bukhari dan Muslim).

Nabi saw sangat memuliakan istri. Beliau saw rela menjadikan lutut sebagai pijakan bagi Shafiyah, istri beliau, untuk naik ke onta tunggangan.

Anas bin Malik berkata, "Aku melihat Nabi saw mempersiapkan kelambu di atas onta untuk Shafiyah, lalu beliau Saw duduk di dekat onta lalu meletakan lutut beliau. Shafiyah menginjakkan kakinya di atas lutut beliau untuk naik di atas onta" (HR. Bukhari).

Kendaraan kita di zaman sekarang adalah sepeda motor atau mobil. Sikap romantis bisa ditunjukkan dengan membukakan pintu mobil untuk istri, atau membantu istri untuk membonceng motor / sepeda suami.

Ketiga, suka memuji istri 

Pada umumnya, istri sangat senang dipuji. Nabi saw mencontohkan kepada umatnya untuk senang memuji istri. Nabi memuji 'Aisyah dengan ucapan,

"Keutamaan 'Aisyah dibandingkan perempuan lain ialah seperti keutamaan tsarid (roti dicampur daging) di atas seluruh makanan" (HR. Bukhari dan Muslim).

Betapa romantis perkataan Nabi saw terhadap 'Aisyah. Ini membuat 'Aisyah sangat bangga dan bahagia mendampingi beliau.

Keempat, memanggil istri dengan panggilan kesayangan

Nabi saw selalu romantis dalam memanggil istri. 'Aisyah menuturkan, "Pada suatu hari Rasulullah saw berkata kepadanya, 'Wahai 'Aisy (panggilan kesayangan 'Aisyah), Malaikat Jibril tadi menyampaikan salam buatmu" (Muttafaq 'alaih). 'Aisy adalah panggilan kesayangan Nabi saw kepada 'Aisyah.

Humaira juga panggilan kesayangan Nabi saw kepada 'Aisyah. 'Aisyah berkata, "Orang-orang Habasyah (Ethiopia) masuk kedalam masjid bermain, maka Nabi Saw berkata kepadaku, "Ya Humaira --wahai yang kemerah-merahan (maksudnya adalah Aisyah), apakah engkau ingin melihat mereka?" Aku berkata, "Iya".

Kelima, senang mendengarkan obrolan istri

Nabi saw berlaku romantis dengan senang dan betah mendengarkan curhat istri. Imam Bukhari meriwayatkan pada bab "Bergaul dengan Baik terhadap Keluarga," sebuah hadits dari 'Aisyah. Tampak betapa Nabi saw betah mendengarkan cerita 'Aisyah tentang sebelas wanita --yang berjanji sesama mereka untuk tidak menyembunyikan sedikitpun kondisi suami mereka.

Demikian pula Ibnu Abbas menceritakan obrolan Nabi di malam hari menjelang tidur, dengan sang istri. "Aku menginap di rumah bibiku Maimunah (istri Nabi Saw), maka Rasulullah Saw berbincang-bincang dengan istrinya (Maimunah) beberapa lama kemudian beliau tidur" (HR. Bukhari dan Muslim).

Para ulama menilai obrolan dengan istri dan anak, termasuk kegiatan yang memberikan maslahat. Imam An-Nawawi menjelaskan, "Para ulama mengatakan, obrolan yang makruh setelah isya adalah obrolan yang tidak ada maslahatnya".

"Adapun kegiatan yang ada maslahatnya dan ada kebaikannya, tidak makruh. Seperti belajar ilmu agama, membaca cerita orang soleh, mengobrol melayani tamu, atau pengantin baru untuk keakraban, atau suami mengobrol dengan istrinya dan anaknya untuk mewujudkan kasih sayang dan hajat keluarga" (Syarh Shahih Muslim, 5/146).

Keenam, tidak pernah berlaku keras dan kasar kepada istri

Romantisme Nabi saw ditunjukkan pula dalam sikap kelembutan dan kehalusan dalam interaksi. Beliau saw adalah sosok manusia dengan akhlak paling mulia, paling lembut, serta paling santun.

Beliau saw tidak pernah menggunakan tangannya untuk memukul dan menampar orang, baik istrinya maupun pembantu. Siapapun aman dan nyaman di sisi beliau.

Dari Aisyah ra, bahwa Nabi saw tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya. "Beliau tidak pernah memukul istri-istri dan pelayannya. Kecuali apabila beliau berjihad di jalan Allah. Ketika beliau disakiti, beliau sama sekali tidak pernah membalas orang yang menyakitinya, kecuali bila ada larangan Allah yang dilanggar, maka beliau membalas karena Allah" (HR. Muslim).

Ketujuh, memperindah penampilan untuk istri

Romantisme Nabi saw ditunjukkan pula dalam indahnya penampilan dan wanginya badan serta pakaian. Nabi Saw sangat peduli dengan keindahan penampilan, termasuk ketika bertemu istri. Menjadi pelajaran bagi kita semua agar selalu tampil indah untuk pasangan.

Anas bin Malik berkata, "Pakaian yang paling senang dipakai oleh Rasulullah saw adalah hibarah" (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Bathal menjelaskan, "Hibarah adalah pakaian dari negeri Yaman yang terbuat dari kain Quthn, merupakan pakaian termulia di sisi mereka". Al-Qurthubi menjelaskan, "Dinamakan Hibarah karena pakaian tersebut menghias dan mengindahkan (pemakainya)".

Nabi Saw menyukai wewangian, menyukai bau wangi, dan tidak suka apabila ada bau yang tidak enak dari beliau. 'Aisyah berkata, "Nabi Saw jika masuk ke rumahnya maka yang pertama kali beliau lakukan adalah bersiwak" (HR. Muslim).

Aisyah berkata, (dalam kisah pengharaman madu) "...Nabi Saw sangat merasa berat jika ditemukan darinya bau (yang tidak enak)" (HR. Bukhari).

Kedelapan, senang mengerjakan aktivitas kerumahtanggan

Romantisme Nabi Saw ditunjukkan pula dengan kegiatan kerumahtanggaaan. Beliau tidak sungkan melakukan aktivitas kerumahtanggan.

Ini menandakan, beliau saw bersikap tawadhu' (rendah diri) di hadapan istri. Beliau senang mengerjakan aktivitas rumah tangga. Aisyah berkata, "Rasulullah Saw dalam kesibukan membantu istrinya, dan jika tiba waktu shalat maka beliaupun pergi shalat" (HR. Bukhari).

Urwah berkata kepada Aisyah, "Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah Saw jika ia bersamamu (di rumahmu)?"

'Aisyah berkata, "Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember" (HR. Ibnu Hibban). Dalam kitab Asy Syama'il, At-Tirmidzi ada tambahan lafal, "Dan memerah susu kambingnya."

Tidak mudah ya, bersikap seperti Nabi saw. Karena beliau adalah teladan utama untuk seluruh umat manusia, maka kita berusaha meneladani --semampu kita.

Selamat merayakan kebahagiaan 17 tahun pernikahan, dan terus menerus belajar --Kang Maulana dan Mbak Echa.

Bahan Bacaan

Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja, Suami Sejati, www.firanda.com.

Cahyadi Takariawan, Wonderful Love, Era Adicitra Intermedia, Solo, 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun