Nabi saw selalu romantis dalam memanggil istri. 'Aisyah menuturkan, "Pada suatu hari Rasulullah saw berkata kepadanya, 'Wahai 'Aisy (panggilan kesayangan 'Aisyah), Malaikat Jibril tadi menyampaikan salam buatmu" (Muttafaq 'alaih). 'Aisy adalah panggilan kesayangan Nabi saw kepada 'Aisyah.
Humaira juga panggilan kesayangan Nabi saw kepada 'Aisyah. 'Aisyah berkata, "Orang-orang Habasyah (Ethiopia) masuk kedalam masjid bermain, maka Nabi Saw berkata kepadaku, "Ya Humaira --wahai yang kemerah-merahan (maksudnya adalah Aisyah), apakah engkau ingin melihat mereka?" Aku berkata, "Iya".
Kelima, senang mendengarkan obrolan istri
Nabi saw berlaku romantis dengan senang dan betah mendengarkan curhat istri. Imam Bukhari meriwayatkan pada bab "Bergaul dengan Baik terhadap Keluarga," sebuah hadits dari 'Aisyah. Tampak betapa Nabi saw betah mendengarkan cerita 'Aisyah tentang sebelas wanita --yang berjanji sesama mereka untuk tidak menyembunyikan sedikitpun kondisi suami mereka.
Demikian pula Ibnu Abbas menceritakan obrolan Nabi di malam hari menjelang tidur, dengan sang istri. "Aku menginap di rumah bibiku Maimunah (istri Nabi Saw), maka Rasulullah Saw berbincang-bincang dengan istrinya (Maimunah) beberapa lama kemudian beliau tidur" (HR. Bukhari dan Muslim).
Para ulama menilai obrolan dengan istri dan anak, termasuk kegiatan yang memberikan maslahat. Imam An-Nawawi menjelaskan, "Para ulama mengatakan, obrolan yang makruh setelah isya adalah obrolan yang tidak ada maslahatnya".
"Adapun kegiatan yang ada maslahatnya dan ada kebaikannya, tidak makruh. Seperti belajar ilmu agama, membaca cerita orang soleh, mengobrol melayani tamu, atau pengantin baru untuk keakraban, atau suami mengobrol dengan istrinya dan anaknya untuk mewujudkan kasih sayang dan hajat keluarga" (Syarh Shahih Muslim, 5/146).
Keenam, tidak pernah berlaku keras dan kasar kepada istri
Romantisme Nabi saw ditunjukkan pula dalam sikap kelembutan dan kehalusan dalam interaksi. Beliau saw adalah sosok manusia dengan akhlak paling mulia, paling lembut, serta paling santun.
Beliau saw tidak pernah menggunakan tangannya untuk memukul dan menampar orang, baik istrinya maupun pembantu. Siapapun aman dan nyaman di sisi beliau.
Dari Aisyah ra, bahwa Nabi saw tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya. "Beliau tidak pernah memukul istri-istri dan pelayannya. Kecuali apabila beliau berjihad di jalan Allah. Ketika beliau disakiti, beliau sama sekali tidak pernah membalas orang yang menyakitinya, kecuali bila ada larangan Allah yang dilanggar, maka beliau membalas karena Allah" (HR. Muslim).