Khatib Al-Baghdadi dalam kitabnya Al-Jami li Akhlaqi Ar-Rawi menceritakan kisah yang sangat indah tentang kemuliaan adab Imam Ahmad bin Hambal dalam menasehati muridnya, Harun bin Abdillah Al-Baghdadi.
Dalam kitab tersebut dikisahkan, pada suami malam yang hening, seseorang mengetuk pintu rumah Harun bin Abdillah dengan pelan.
Harun bertanya, "Siapa di luar?"
Terdengar suara lirih menjawab, "Aku Ahmad."
"Ahmad yang mana?" tanya Harun.
"Ibnu Hanbal", suara itu masih lirih.
"Masyaallah, dia guruku, malam-malam mengetuk pintuku", ujar Harun dalam hati.
Harun segera membukakan pintu, dan mempersilakan Imam Ahmad masuk dan duduk di kursi.
Imam Ahmad menempati kursi dengan sangat hati-hati, agar tak sampai menimbulkan suara berderit.
"Ada urusan sangat pentingkah sehingga engkau berkenan mengunjungiku di malam selarut ini, guru?"
Beliau tersenyum. "Maafkan aku, Harun," ujar beliau lembut.
"Kuberanikan untuk datang karena ada yang mengganjal di hatiku sejak siang tadi," lanjutnya.
"Apakah hal itu tentang diriku?"
"Tadi siang kulihat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Kaubacakan hadits untuk mereka catat. Kala itu mereka tersengat terik mentari, sedangkan dirimu teduh ternaungi bayangan pepohonan".
Imam Ahmad menghela napas. "Lain kali jangan begitu wahai Harun. Duduklah dalam keadaan yang sama, sebagaimana muridmu duduk."
Lalu beliau berbisik lagi, pamit undur diri. Kemudian melangkah berjingkat, menutup pintu dengan sangat hati-hati.
Masya Allah, inilah guru yang sangat mulia, Imam Ahmad bin Hambal. Beliau menasehati muridnya saat sedang sendirian. Agar tidak mempermalukan sang murid, dan tetap menjaga kewibawaan sang murid di hadapan khalayak.
****
Hari ini, Rabu 28 Juni 2023 dan esok pagi Kamis 29 Juni 2023, masyarakat Indonesia melaksanakan shalat Idul Adha sesuai pilihan keyakinan masing-masing. Sebagian melaksanakan shalat Idul Adha di lapangan, sebagian lagi melaksanakan di dalam masjid.
Jika mengikuti nasehat Imam Ahmad bin Hambal kepada Harun bin Abdillah Al-Baghdadi dalam kisah di atas, selayaknya kondisi imam dan khatib, dibuat sama dengan kondisi jama'ah. Jangan dibedakan.
Apabila shalat Idul Adha digelar di lapangan, tidak perlu ada atap khusus untuk menaungi khatib dan imam, sementara jama'ah tak ada atap perlindungan. Dengan demikian, jika jama'ah kepanasan terkena sinar matahari, imam dan khatib juga terkena sengat yang sama. Jika jama'ah terkena rintik gerimis, imam dan khatib juga merasakannya.
Apabila shalat Idul Adha di dalam masjid, hendaknya juga dibuat suasana yang sama. Apabila ruang untuk imam dan khatib ber-AC yang sejuk nyaman, hendaknya ruang untuk jama'ah pun demikian. Apabila jama'ah berada dalam ruang yang panas tanpa alat pendingin, hendaknya di ruang imam dan khatib pun demikian.
Penting bagi imam dan khatib merasakan suasana sama dengan jama'ah. Jika imam dan khatib merasa sejuk dan nyaman, sementara jama'ah terkena terik matahari pagi, bisa jadi tak akan bisa empati dengan kondisi jama'ah. Shalat Id dan khutbah menjadi panjang, karena imam dan khatib merasa nyaman. Kondisi ini bisa menggelisahkan jama'ah.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI