Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Survei: Makin Tua Usia, Makin Mudah Kecewa Terhadap Pasangannya

4 Juni 2023   06:51 Diperbarui: 4 Juni 2023   10:19 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.heysigmund.com/

"If you and your spouse argue a lot now, don't expect things to change as you grow old together. A new study finds that conflict levels remain relatively unchanged throughout a marriage" (Remy Melina, 2011).

Banyak pasangan muda yang terlibat dalam konflik dan pertengkaran. Mereka mudah tersulut konflik, dan lebih sulit berdamai. Ego manusia pada usia muda membuat mereka tak mudah mengalah.

Sebagian orang berpikir, mungkin mereka banyak konflik karena usia masih sama-sama muda. Kelak ketika tumbuh makin dewasa dan tua, konflik akan berkurang dan bahkan mereda. Benarkah asumsi seperti ini? Ternyata tidak benar.

Remy Melina (2011) menyatakan, jika Anda dan pasangan sering bertengkar sekarang, jangan berharap banyak hal berubah saat Anda menjadi tua bersama. Sebuah studi menemukan bahwa tingkat konflik relatif tidak berubah sepanjang pernikahan. Bahkan pandangan negatif terhadap pasangan semakin besar setelah usia tua.

Makin Tua Usia, Makin Negatif Memandang Pasangan

"If your spouse already bugs you now, the future is bleak. New research suggests couples view one another as even more irritating and demanding the longer they are together" -- Jeanna Bryner, 2008.

"Jika pasangan Anda sudah mulai mengganggu saat ini, masa depan hubungan Anda suram," ungkap Jeanna Bryner (2008). Penelitian menunjukkan pasangan memandang satu sama lain sebagai lebih menjengkelkan dari waktu ke waktu. Unikya, kecenderungan seperti ini tidak ditemukan untuk hubungan dengan anak atau teman.

Kira Birditt, Lisa Jackey, Toni Antonucci dari University of Michigan's Institute for Social Research melakukan riset tentang pandangan individu terhadap pasangan, teman, dan anak-anak. Para peneliti menemukan adanya perubahan pandangan seiring berjalannya waktu, di antara kelompok usia dewasa awal (usia 20 hingga 39), paruh baya (40 hingga 59) dan tua (60 tahun ke atas).

Para peneliti menganalisa tanggapan yang dikumpulkan dari tahun 1992 dan 2005, melibatkan lebih dari 800 partisipan. Tanggapan yang dievaluasi mengacu kepada pasangan, anak dan teman. Setiap peserta diminta menilai seberapa kuat mereka setuju atau tidak setuju dengan dua pernyataan berikut,

"(Suami/istri, anak, teman) saya membuat saya gelisah."

"(Suami/istri, anak, teman) saya terlalu banyak menuntut pada saya."

Hasil riset menunjukkan, di semua kelompok umur, individu melihat pasangan mereka sebagai sosok yang paling negatif dibandingkan dengan anak-anak dan teman. Pandangan negatif terhadap pasangan cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

"Kami terkejut karena dalam penelitian gerontologis menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, mereka menjadi lebih baik dalam mengatur emosi mereka dan mengalami lebih sedikit hubungan negatif," ujar Kira Birditt.

Harusnya, makin tua dan makin dewasa seseorang, akan semakin positif dalam memandang pasangan. Ternyata studi tidak menunjukkan kebenaran asumsi ini.

"The longer partners stay together, the more they have to deal with the other's idiosyncrasies" --Jeanna Bryner, 2008.

Bagaimana menjelaskan hasil studi ini? "Seiring bertambahnya usia dan menjadi lebih dekat dan lebih nyaman satu sama lain, bisa jadi kita lebih bisa mengekspresikan diri satu sama lain," ungkap Birditt. "Dengan kata lain, kenegatifan adalah aspek normal dari hubungan dekat yang terlibat banyak kontak sehari-hari," ujar Birditt.

Secara umum, semakin lama pasangan tinggal bersama, semakin mereka harus berurusan dengan "keanehan" satu sama lain. "Saat Anda tinggal bersama, jauh lebih sulit untuk menghindari satu sama lain," ujar Birditt.

Ketika hubungan dengan pasangan cenderung menjadi lebih negatif, hubungan dengan anak-anak dan teman justru menjadi lebih baik. Anak-anak dan teman cenderung kurang menuntut dan kurang menjengkelkan dari waktu ke waktu.

Para peneliti menyatakan, sikap negatif terhadap teman berkurang dari waktu ke waktu karena bisa memilih teman, bahkan "membuang" teman yang menjengkelkan dari kehidupan kita. Sedangkan hubungan dengan anak-anak menjadi kurang negatif karena perubahan peran seiring pertumbuhan mereka.

Kelompok partisipan usia 20 hingga 30-an dilaporkan memiliki hubungan paling negatif secara keseluruhan. Sedangkan kelompok partisipan usia tua memiliki hubungan negatif paling sedikit.

"When you're living together, it's a lot harder to avoid each other" --Kira Birditt, 2008.

Bagaimana agar tidak mengalami fenomena seperti hasil studi ini? Yang harus Anda ciptakan adalah chemistry kesejiwaan bersama pasangan. Tidak perlu menunggu tua. Hadirkan kesejiwaan sejak Anda masih muda usia.

Bahan Bacaan

Cahyadi Takariawan, Wonderful Couple, Era Intermedia, 2018

Jeanna Bryner, Marriage: It's Only Going to Get Worse, https://www.livescience.com, 5 Februari 2008

Remy Melina, Spouses Who Argue Face a Lifetime of Fights, https://www.livescience.com, 17 Agustus 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun