Tidak ada rumah tangga tanpa konflik. Dalam keluarga sakinah, tetap ada konflik. Bedanya, keluarga sakinah cepat menemukan solusi dan mudah kembali berdamai saat mengalami konflik.
Bahkan dalam rumah tangga Nabi saw, ada "keributan" yang manusiawi. Istri-istri Nabi saw hanyalah manusia biasa --bukan dari kalangan Nabi. Mereka memiliki sifat-sifat perempuan pada umumnya, misalnya: cemburu.
Jangan mengira istri Nabi tak punya rasa cemburu. Mereka adalah perempuan --sebagaimana perempuan lainnya. Hanya saja mereka dipilih dan dimuliakan untuk menjadi ummahatul mu'minin atau ibunda orang-orang beriman.
Perhatikan beberapa fragmen keributan kecil di rumah beliau saw. Perhatikan pula bagaimana Nabi saw cepat menyelesaikan keributan itu sehingga tidak membesar.
Fragmen pertama, ada piring pecah di rumah Nabi saw. Simak kisahnya.
: : . . .
Anas bin Malik berkata, "Suatu saat Nabi saw sedang berada di tempat salah seorang istri. Seorang istri beliau (yang lain) mengirim sepiring makanan untuk beliau. Istri yang ketempatan rumahnya, memukul tangan pembantu (yang membawa makanan itu), hingga jatuhlah piring dan pecah. (Makanan pun berhamburan). Lalu Nabi saw mengumpulkan pecahan piring tersebut dan mengumpulkan makanan yang berhamburan. Beliau saw berkata, "Ibu kalian cemburu" (HR. Bukhari V/2003 no 4927).
Fragmen kedua, kecemburuan yang memuncak. Simak kisahnya.
Ummu Salamah ra membawa makanan buatannya dalam piring untuk Rasulullah saw dan para shahabat. Aisyah datang, ia membawa batu lalu memecahkan piring tersebut. Nabi saw mengumpulkan pecahan piring dan berkata, 'Makanlah, ibu kalian cemburu," sebanyak dua kali. Setelah itu, Rasulullah saw mengambil piring milik Aisyah dan beliau kirimkan kepada Ummu Salamah, kemudian menyerahkan piring Ummu Salamah kepada Aisyah (HR. An-Nasa'i no VII/70).
Fragmen ketiga, saling mengoleskan makanan ke wajah. Simak kisahnya.
Abu Ya'la Al-Mushili meriwayatkan dengan sanad hasan dari Aisyah ra, ia berkata, "Aku membawa khazirah (daging yang diiris kecil-kecil lalu dimasak dengan air, setelah mendidih dicampur dengan tepung gandum) untuk Nabi saw. Aku berkata kepada Saudah-- sementara Nabi saw berada di antara aku dan saudah, 'Makanlah!' Saudah tidak mau.
Aku berkata, 'Makanlah atau aku oleskan makanan ini ke wajahmu,' Saudah tetap tidak mau. Aku meletakkan tangan di atas khazirah lalu aku oleskan ke wajah Saudah. Nabi saw tertawa. Lalu beliau meraih tangan Saudah dan beliau letakkan di atas khazirah. Beliau berkata, 'Oleslah wajah (Aisyah)!" Nabi saw kembali tertawa.
Setelah itu Umar lewat, ia memanggil-manggil, 'Hai Abdullah! Hai Abdullah!' Beliau mengira Umar akan masuk. Kemudian beliau saw berkata, 'Ayo sana, basuhlah (bersihkan) wajah kalian berdua." Aisyah berkata, 'Sejak saat itu, aku segan kepada Umar karena sikap segan Rasulullah kepadanya" (HR. Abu Ya'la dalam Musnad no VII/449).
Lihatlah betapa bijak dan dewasa Nabi saw menghadapi keributan kecil yang ada di rumah para istrinya. Beliau tidak memarahi seorang pun di antara para istri yang sedang ribut.
Pada contoh fragmen ketiga, bahkan beliau membuat suasana menjadi lucu dan membuat beliau tertawa. Tak perlu marah dan meledak emosi atas kondisi yang tak sesuai harapan. Hadapi dengan bijaksana dan dewasa.
Semua masalah pasti ada jalan keluar terbaiknya. Ambil contoh dari teladan mulia, Nabi Muhammad dan keluarganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H