Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi menulis makalah berjudul 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina. Isinya tentang duapuluh poin kesalahan yang umum dilakukan orangtua dalam mendidik anak-anak mereka.
Dalam tulisan kali ini, saya akan menyampaikan beberapa poin saja. Biar secara psikologis kita tidak terlalu terbebani dengan banyaknya kesalahan kita selama ini. Khawatirnya justru menjadi melemahkan semangat berbenah diri.
Kesalahan Kesembilan: La lil Qanun
Menurut Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi, kesalahan yang banyak dilakukan orangtua tanpa mereka sadari adalah La lil Qanun yaitu anti terhadap aturan. Masih banyak orang tua yang tidak memiliki dan tidak menerapkan aturan dalam mendidik anak.
Ada orangtua yang sama sekali tidak memiliki norma atau aturan dalam proses mendidik anak. Mereka tidak mengajari anak bagaimana tata tertib serta adab dalam makan, tidur, berbicara, berpakaian, berigaul, dan lain sebagainya.
Anak dibiarkan tumbuh berkembang tanpa mengerti aturan hidup. Dampaknya, anak menjadi liar, tanpa bisa diatur.
Aturan Keluarga, Perlukah?
"When you allow a certain kind of behavior one day and then overreact to it the next, you're bound to confuse your child. Besides, your mixed messages will only encourage more testing of limits to find out where the boundaries really lie" --Marianne Neifert, 2023.
Hidup berumah tangga sering disamakan dengan sebuah lembaga. Sebagai suatu lembaga, keluarga bercorak sangat khas, karena tidak ada jam buka dan jam tutup.
Sekolah, instansi pemerintahan, perusahaan, dan lembaga-lembaga pada umumnya, memiliki jam kantor, misalnya dari jam 08.00 sampai jam 17.00. Sedangkan keluarga, "jam kantor"nya adalah sepanjang waktu.
Di dalam keluarga ada pemimpin, ada yang dipimpin, yang berinteraksi sepanjang waktu. Rutin, terus menerus, dan tidak ada yang harus dipecat, dimutasi atau dipindahtugaskan. Oleh karena kehidupan keluarga banyak memiliki kemiripan dengan lembaga pada umumnya, maka pasti memerlukan aturan agar semua bisa berjalan sebagaimana semestinya.
Ada sangat banyak manfaat dan urgensi aturan dalam kehidupan keluarga, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Untuk mencapai visi dan tujuan keluarga
Keluarga didirikan bukan untuk sesuatu yang sifatnya coba-coba atau semaunya, namun ada visi besar dan tujuan mulia yang hendak dicapai bersama. Dengan adanya aturan dalam rumah tangga, akan membuat semua pihak berusaha untuk mewujudkan tercapainya visi serta tujuan tersebut secara bersama-sama.
- Untuk mengokohkan kebahagiaan keluarga
Kebahagiaan keluarga akan didapatkan dan dipertahankan apabila semua anggota keluarga bisa berperan secara tepat. Suami, istri dan anak-anak menjalankan peran yang telah ditentukan sehingga akan terbentuk kehidupan yang harmoni. Kebahagiaan tidak akan didapatkan apabila yang dikembangkan adalah kezaliman dan kesewenang-wenangan.
- Agar semua bisa menjadi anggota keluarga yang baik
Hidup dalam rumah tangga tidak boleh semau sendiri, karena ada pihak-pihak lain yang bisa terkurangi haknya atau bahkan tersakiti fisik dan jiwanya. Aturan harus dibuat dan diterapkan agar semua bisa menjadi anggota keluarga yang baik, saling menghormati, saling menjaga, saling melindungi.
- Untuk menghindari penyimpangan atau penyelewengan
Keluarga akan hancur berantakan apabila membiarkan dan mengembangkan perbuatan menyimpang. Jika tidak aturan yang diberlakukan, maka semua pihak merasa boleh melakukan apapun yang disenangi hatinya. Penyimpangan dan penyelewengan pasti akan menghancurkan keluarga, maka harus dicegah dengan diberlakukannya aturan dalam keluarga.
- Untuk melatih hidup tertib, teratur dan disiplin
Anak-anak dari kecil sudah harus dilatih untuk hidup secara tertib, teratur dan displin, justru untuk mempersiapkan masa depan mereka kelak. Dimanapun mereka berada pasti akan bertemu dengan aturan yang harus dipatuhi, maka dari rumah anak-anak dipersiapkan untuk memiliki jiwa yang tertib dan teratur.
- Untuk mendidik anak mengerti batasan
Anak harus dididik dan dibiasakan untuk mengerti batasan. Mereka harus mengerti, apa yang boleh dan yang tidak boleh. Mereka harus mengerti, ada konsekuensi saat melakukan tindakan yang dibolehkan, dan ada hukuman saat melakukan pelanggaran. Tanpa aturan, anak akan tumbuh tanpa mengerti batasan. Mereka berkembang menjadi manusia dewasa yang tak bisa mentaati aturan.
- Untuk menghormati satu dengan yang lain
Hidup bersama orang lain harus saling menjaga dan menghormati agar terwujud harmoni. Jika saling tidak peduli, apalagi jika saling menyakiti, akan membuat kehidupan tidak menyenangkan. Keluarga tidak akan bersuasana nyaman dan tidak bisa dinikmati oleh semua anggotanya apabila tidak ada suasana saling menghormati satu dengan yang lain.
- Untuk menciptakan kenyamanan hidup berumah tangga
Jika tidak ada aturan, akan terjadi saling menyalahkan di antara anggota keluarga. Misalnya ketika rumah tampak kotor dan berantakan, suami menyalahkan istri karena tidak mau membersihkan rumah, dan istri menyalahkan suami karena membiarkan saja kekotoran dalam keluarga.
Di sisi yang lain, akan terjadi suasana ketidakjelasan yang menyulitkan situasi. Misalnya antar jemput anak ke sekolah, istri menganggap itu tugas suami dan suami menganggap itu tugas istri. Akhirnya anak terlantarkan. Dengan adanya aturan dalam rumah tangga akan membuat suasana kehidupan yang nyaman.
Pesan untuk Orangtua
Orangtua harus memiliki norma dalam mendidik anak --sesuai agama dan prinsip hidup yang dipegangi. Namun orangtua juga harus menumbuhkan kelembutan, kelekatan, cinta dan kasih sayang kepada anak.
Norma tidak bermakna menzalimi dan merampas hak anak. Aturan tidak bermakna memaksakan kehendak. Sebaliknya, cinta dan kasih sayang kepada anak tidak bermakna membolehkan anak melakukan apapun yang disukai. Kelembutan tidak bermakna orangtua harus membebaskan anak berbuat sesuai keinginan dirinya.
Norma harus ada, aturan harus ditegakkan. Catatan pentingnya adalah kedisiplinan dalam menerapkan norma serta aturan dalam mendidik anak. Benar pernyataan Marianne Neifert (2023), inkonsistensi orangtua dalam menerapkan aturan hanya akan membuat anak kebingungan.
"Ketika Anda memberlakukan perilaku tertentu pada suatu hari namun melarang pada hari lainnya --tanpa penjelasan yang dimengerti, Anda pasti membuat anak menjadi bingung", ujar Neifert. "Inkonsistensi sikap Anda akan mendorong munculnya lebih banyak pengujian batasan --anak akan mencari tahu di mana letak batasan sebenarnya".
Bahan Bacaan
Jasim Muhammad Al-Muthawwi, 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina, diakses dari https://midad.com/article/221672, 26 Februari 2016
Marianne Neifert, Why Kids Need Rules, https://www.parenting.com, diakses 8 Mei 2023
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Koreksi Kesalahan Mendidik Anak, Nabawi Publishing, 2011
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak, Pro-U Media, 2010
Sue Atkins, Why Kids Need Rules, Here's Some Reasons to Help, https://sueatkinsparentingcoach.com, 8 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H