Cak Min tentu ingin agar anaknya tidak mengikuti jejaknya sebagai tukang bangunan. Dia merasakan betapa beratnya bekerja sebagai tukang bangunan dengan penghasilan tidak seberapa. Karena itu, dia berupaya keras agar anaknya sukses bisa mengenyam pendidikan tinggi.
Yang kedua, Cak Min tidak pernah memberikan beaya studi anaknya dari uang yang tidak hahal. Cak Min paham bahwa uang yang tidak halal untuk membeayai pendidikan anaknya tidak akan membawa barokah, walau kelak anaknya menjadi sarjana. Mengirimkan anaknya untuk mengenyam pendidikan dengan niat suci tentu akan sia-sia jika sarana untuk mencapai itu tidak halal.
Ketiga, Cak Min rajin mendoakan anaknya lewat sholat malam yang secara rutin dia lakukan. Kendati sangat capek karena seharian bekerja, Cak Min hampir tidak pernah meninggalkan sholat malam. Cak Min memanfaatkan saat-saat mustajabah di waktu malam untuk memohon kepada Allah demi keberhasilan putranya.
Penjelasan Cak Min membuat sanak saudara, kerabatnya dan tetangganya terbelalak. Sebab, selama ini Cak Min itu tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang apa yang dia lakukan.
Memang Cak Min dikenal sebagai pribadi yang alim. Kendati bekerja sebagai tukang bangunan, Cak Min selalu mencari waktu untuk bisa menunaikan sholat wajib tepat waktu. Itu hebatnya. Dan, menurutnya, di akhir sholat dia tidak pernah lupa menyelipkan doa untuk anaknya.
Niat yang suci dan tulus, biaya pendidikan yang halal, dan doa orangtua ternyata menjadi kunci keberhasilan anak Cak Min. Kiat sukses Cak Min bisa dijadikan pelajaran berharga.
Cak Min memang hanya seorang tukang bangunan. Tetapi kiat hidupnya untuk menjadikan anaknya sukses bisa menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja, termasuk para pembaca tulisan ini. Semoga bermanfaat!
....
Demikianlah kisah inspiratif yang ditulis Rektor UIN Malang pada tahun 2015 silam. Semoga menjadi penggugah semangat para orangtua untuk selalu mendoakan kebaikan anaknya.
Bahan Bacaan
Jasim Muhammad Al-Muthawwi, ‘Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma’a Abna-ina, diakses dari https://midad.com/article/221672, 26 Februari 2016