Setelah akhirnya benar-benar bisa kuliah di salah perguruan tinggi ternama di negeri ini, tanpa menyia-nyiakan waktu anak itu belajar dengan tekun. Akhirnya lulus tepat waktu dengan menggondol gelar Sarjana Teknik (ST).
Dia sadar betul bahwa orangtuanya sebenarnya tidak mampu menyekolahkannya hingga perguruan tinggi, apalagi hingga mencapai gelar sarjana. Karena itu, dia belajar dengan sungguh-sungguh dengan semangat yang membaja.
Dia juga sadar bahwa dia satu-satunya harapan dan kelak akan menjadi tulang punggung keluarga. Karena itu, dia harus bekerja keras dan tidak boleh gagal.
Di samping dia belajar dengan sungguh-sungguh, sang ayah juga tak henti-hentinya berdoa untuk kesuksesan sang anak. Klop sudah, anak belajar dengan sungguh-sungguh, orangtua ikhtiar lewat doa. Perpaduan doa dan ikhtiar, ikhtiar dan doa benar-benar mengantarkan keberhasilannya.
Allah ternyata mengabulkan hajat keluarga itu. Beberapa hari setelah lulus, dia melamar ke beberapa perusahaan swasta. Hebatnya, hampir semua menerimanya sebagai karyawan, hingga membuatnya bingung memilih yang mana.
Akhirnya, dia memilih sebuah perusahaan besar di bidang konstruksi, yang menurutnya memberi gaji paling tinggi dibanding yang lain. Berita dia diterima di sebuah perusahaan besar segera menyebar ke para tetangga dan sanak saudara. Rasa bahagia dan haru menyelimuti keluarga miskin itu.
Harapan perubahan hidup mulai terpancar di mata sang ayah dan ibunya. Air mata syukur tidak henti-hentinya menetes di wajah kedua orangtuanya yang tinggal di rumah sangat sederhana itu.
Sebab, memang tidak mudah seseorang bisa diterima bekerja di perusahaan besar itu, apalagi dengan gaji yang cukup tinggi untuk ukuran seorang bujangan. Wajar, jika keluarga itu sangat bersyukur atas karunia Allah.
Segera para tetangga menyebut Cak Min (sebut saja begitu) sebagai orangtua berhasil mengantarkan anaknya menuju sukses. Para tetangganya memberi ucapan selamat atas kesuksesannya.
Tetapi apa sebenarnya kiat Cak Min bisa mengantarkan anaknya menjadi sarjana dan akhirnya bisa bekerja di sebuah perusahaan besar dengan penghasilan tinggi? Semua penasaran dengan Cak Min. Tak kuasa menahan pertanyaan sanak saudara dan kerabatnya yang ingin menirunya, Cak Min akhirnya membuka rahasia apa yang dia lakukan sehingga anaknya sukses.
Menurut Cak Min, anaknya dikirim ke sekolah dengan niat suci agar kelak menjadi orang baik, berpengetahuan tinggi dan kelak hidupnya bermanfaat bagi orang banyak. Kendati hidup kekurangan, Cak Min sadar bahwa pendidikan merupakan satu-satunya alat pemutus mata rantai kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.