Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi menulis makalah berjudul 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina. Isinya tentang duapuluh poin kesalahan yang umum dilakukan orangtua dalam mendidik anak-anak mereka.
Dalam tulisan kali ini, saya akan menyampaikan beberapa poin saja. Biar secara psikologis kita tidak terlalu terbebani dengan banyaknya kesalahan kita selama ini. Khawatirnya justru menjadi melemahkan semangat berbenah diri.
Kesalahan Keenam: Al-Mubalaghah bil Ihtimam
Menurut Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi, kesalahan yang banyak dilakukan orangtua tanpa mereka sadari adalah al-mubalaghah bil ihtimam atau berlebihan dalam memperhatikan dan memanjakan anak. Masih banyak orang tua yang berlebihan dalam menyenang-nyenangkan anaknya, sehingga mereka tercetak menjadi anak cengeng dan manja.
Al-mubalaghah bil ihtimam adalah sikap berlebihan dalam mengkhawatirkan kondisi anak, sehingga orangtua bersikap terlalu memanjakan anak. Misalnya, memberikan segala kebutuhan anak di atas batas kewajaran. Atau terlalu berlebihan dalam mengkhawatirkan kondisi kesehatan dan keamanan anak, padahal bukan kondisi sakit yang gawat atau berat.
"It's natural to want your children to be happy, but giving them everything they ask for can cause long-term problems" --Dan Brennan, 2021.
Adalah wajar jika orangtua ingin anaknya bahagia. Namun, memberikan mereka semua yang mereka minta dapat menyebabkan masalah serius dalam jangka panjang.
Memanjakan anak akan menghadirkan kesan "berkuasa". Jika anak-anak meyakini bahwa Anda akan mengabulkan setiap permintaan mereka, anak-anak tidak akan pernah belajar untuk berterima kasih atas pemberian dan bantuan orangtua. Mereka tidak mampu menghargai jerih payah orangtua.
Terkadang orangtua bersikap memanjakan dengan harapan anak-anak tidak perlu merasakan kesusahan dan kesulitan seperti yang pernah dirasakan orangtua di masa kecil. Ini menjadi tindakan "balas dendam"---dulu saat kecil, aku tidak pernah merasakan kebahagiaan, sekarang aku ingin anakku selalu bahagia.
Dengan tindakan memanjakan, sebenarnya orangtua telah menghalangi anak-anak untuk belajar bertanggung jawab --bagaimana menghadapi konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Tanpa keterampilan mengatasi persoalan dalam kehidupan, anak-anak tidak belajar merencanakan tindakan dengan tepat. Karena dibiasakan tidak ada konsekuensi yang harus dihadapi atas apapun yang mereka lakukan.