Kebiasaan tajassus yang dilakukan orangtua, dapat menumbuhkan rasa insecure pada anak. Mereka selalu merasa dimata-matai untuk mencari kesalahan dan pelanggaran. Bukan merasa tenang, justru memunculkan rasa gelisah dan resah.
Anak menjadi ketakutan, namun juga bisa berubah serta berkembang menjadi pemberontakan. Muncul  ketidakpercayaan anak terhadap orangtua. Hubungan antara orangtua dengan anak justru menjauh dan memburuk. Yang muncul adalah permusuhan dan konflik antara orangtua dengan anak.
Jika orangtua ingin mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh anak, sebaiknya dilakukan dengan bertanya dan berdialog. Tidak langsung menuduh dan menghakimi. Tidak langsung menggeledah isi tas anak, atau menggeledah kamar anak.
Jika ingin mengetahui isi kamar atau isi tas anak, hendaknya orangtua meminta izin terlebih dahulu kepada anak. Lebih baik lagi jika sudah disepakati norma dalam keluarga. Misalnya, dibuat kesepakatan bahwa orangtua akan melakukan pemeriksaan isi kamar dan isi tas pada waktu-waktu tertentu secara acak.
Dengan demikian anak sudah bisa mengetahui bahwa tindakan orangtua tersebut menjadi bagian dari bentuk cinta, kasih sayang, perlindungan dan penjagaan yang dilakukan orangtua. Bukan merupakan bentuk ketidakpercayaan, kebencian dan permusuhan.
Bahan Bacaan
Afwan Awwab, Larangan Tajassus, https://muslim.or.id, 8 Maret 2018
Arun Sharma, Is It Okay For Parents To 'Spy' On Their Children? https://www.parentcircle.com, diakses 2 Mei 2023.
Jasim Muhammad Al-Muthawwi, 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina, diakses dari https://midad.com/article/221672, 26 Februari 2016
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Koreksi Kesalahan Mendidik Anak, Nabawi Publishing, 2011
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting, Cara Nabi Mendidik Anak, Pro-U Media, 2010