Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Beberapa Kesalahan Umum Orangtua dalam Mendidik Anak (1)

30 April 2023   19:38 Diperbarui: 30 April 2023   19:50 2253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara dampak secara fisik adalah kerusakan atau kematian sel-sel otak anak. Suara keras dan bentakan dari orangtua dapat merusak atau menggugurkan pertumbuhan sel otak anak. Satu bentakan dapat membunuh lebih dari satu miliar sel otak anak. Satu pukulan yang disertai bentakan bisa membunuh bermiliar sel otak anak.

Membentak anak juga menyebabkan kinerja jantung anak berdetak lebih cepat. Akibatnya, jantung anak lebih lelah daripada dalam kondisi normal. Bentakan juga menyebabkan stres pada anak. Stres dapat menyebabkan lambung lebih sensitif terhadap jumlah asam dan nyeri. Oleh sebab itu, anak yang kerap mendapat bentakan berisiko mengalami nyeri di bagian ulu hati.

Secara psikis, kemarahan orangtua bisa menurunkan rasa percaya diri anak, dan membuat mereka menjadi penakut. Anak yang sering dimarahi, akan menganggap dirinya menjadi sumber kemarahan orangtua. Semakin sering dimarahi, anak-anak semakin yakin bahwa semua tindakan atau perbuatannya keliru.

Karena takut berbuat salah, akhirnya anak lebih memilih untuk menarik diri dan menjadi pendiam. Mereka enggan mengungkapkan isi hatiya atau permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam masa yang panjang, kondisi ini membahayakan kesehatan mental anak. Mereka bisa tertekan dan depresi.

Jika para orangtua kerap menunjukkan sikap marah, anak-anak akan merekam dan meniru kebiasaan itu. Mereka bisa menjadi pribadi yang emosional dan mudah marah, meniru sikap dan kebiasaan orangtua.

Untuk itu,orangtua harus mampu mengendalikan emosi. Orangtua harus bisa memisahkan antara permasalahan kehidupan yang memicu emosi mereka, dengan permasalahan yang dihadapi anak. Jangan sampai orangtua membawa emosi dari masalah di luar rumah, untuk ditumpahkan kepada anak.

Seorang istri yang sedang kecewa dengan suami, bisa melampiaskan kemarahan kepada anak. Seorang suami yang sedang marah dengan teman kerja, bisa menumpahkan emosi kepada anak. Jangan sampai anak menjadi objek pelampiasan kemarahan orangtua, karena akan berdampak buruk pada anak.

BERSAMBUNG.

Bahan Bacaan

Jasim Muhammad Al-Muthawwi, 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina, diakses dari https://midad.com/article/221672, 26 Februari 2016

Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Koreksi Kesalahan Mendidik Anak, Nabawi Publishing, 2011

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun