Di antara dampak secara fisik adalah kerusakan atau kematian sel-sel otak anak. Suara keras dan bentakan dari orangtua dapat merusak atau menggugurkan pertumbuhan sel otak anak. Satu bentakan dapat membunuh lebih dari satu miliar sel otak anak. Satu pukulan yang disertai bentakan bisa membunuh bermiliar sel otak anak.
Membentak anak juga menyebabkan kinerja jantung anak berdetak lebih cepat. Akibatnya, jantung anak lebih lelah daripada dalam kondisi normal. Bentakan juga menyebabkan stres pada anak. Stres dapat menyebabkan lambung lebih sensitif terhadap jumlah asam dan nyeri. Oleh sebab itu, anak yang kerap mendapat bentakan berisiko mengalami nyeri di bagian ulu hati.
Secara psikis, kemarahan orangtua bisa menurunkan rasa percaya diri anak, dan membuat mereka menjadi penakut. Anak yang sering dimarahi, akan menganggap dirinya menjadi sumber kemarahan orangtua. Semakin sering dimarahi, anak-anak semakin yakin bahwa semua tindakan atau perbuatannya keliru.
Karena takut berbuat salah, akhirnya anak lebih memilih untuk menarik diri dan menjadi pendiam. Mereka enggan mengungkapkan isi hatiya atau permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam masa yang panjang, kondisi ini membahayakan kesehatan mental anak. Mereka bisa tertekan dan depresi.
Jika para orangtua kerap menunjukkan sikap marah, anak-anak akan merekam dan meniru kebiasaan itu. Mereka bisa menjadi pribadi yang emosional dan mudah marah, meniru sikap dan kebiasaan orangtua.
Untuk itu,orangtua harus mampu mengendalikan emosi. Orangtua harus bisa memisahkan antara permasalahan kehidupan yang memicu emosi mereka, dengan permasalahan yang dihadapi anak. Jangan sampai orangtua membawa emosi dari masalah di luar rumah, untuk ditumpahkan kepada anak.
Seorang istri yang sedang kecewa dengan suami, bisa melampiaskan kemarahan kepada anak. Seorang suami yang sedang marah dengan teman kerja, bisa menumpahkan emosi kepada anak. Jangan sampai anak menjadi objek pelampiasan kemarahan orangtua, karena akan berdampak buruk pada anak.
BERSAMBUNG.
Bahan Bacaan
Jasim Muhammad Al-Muthawwi, 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina, diakses dari https://midad.com/article/221672, 26 Februari 2016
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Koreksi Kesalahan Mendidik Anak, Nabawi Publishing, 2011