Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Beberapa Kesalahan Umum Orangtua dalam Mendidik Anak (1)

30 April 2023   19:38 Diperbarui: 30 April 2023   19:50 2253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi menulis makalah berjudul 'Isyruna Khatha-an Tarbawiyan Nartakibuha Ma'a Abna-ina (20 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak). Isinya duapuluh poin kesalahan yang umum dilakukan orangtua dalam mendidik anak-anak mereka.

Dalam tulisan kali ini, saya akan menyampaikan beberapa poin saja. Biar secara psikologis kita tidak terlalu terbebani dengan banyaknya kesalahan kita selama ini. Khawatirnya justru menjadi melemahkan semangat berbenah diri.

Kesalahan Pertama: Al-Ghadhab

Menurut Syaikh Jasim Muhammad Al-Muthawwi, kesalahan pertama yang banyak dijumpai pada orangtua adalah al-ghadhab atau marah. Dalam banyak kasus, dijumpai orangtua meluapkan kemarahan kepada anak untuk hal-hal sepele yang sebenarnya tidak memerlukan luapan kemarahan tersebut.

Secara umum, marah adalah hal tercela. Nabi saw mengarahkan umat muslim agar mampu mengendalikan kemarahan. Nasihat berulang yang beliau saw berikan kepada seorang lelaki yang datang adalah "la taghdhab", jangan marah.

Seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw, 'Wahai Rasulullah, berikan saya wasiat.' Maka Nabi saw bersabda, 'Jangan engkau marah, jangan engkau marah'" (HR. Bukhari)

Nabi saw menyatakan bahwa kekuatan tidak diukur secara fisik. Namun kekuatan diukur dari kemampuan mengendalikan emosi. Beliau saw bersabda,

"Bukanlah orang kuat adalah dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) perkelahian, tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah" (HR. Bukhari no. 5763 dan Muslim no. 2609).

Imam Al-Munawi dalam Kitab Faidhul Qadiir menyatakan,"Makna hadits ini, orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang (mampu) menahan emosi ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia mampu melawan dan menundukkan nafsunya itu. Maka Rasulullah saw dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya --yaitu hawa nafsunya."

Secara akademik diketahui, bahwa marah membawa banyak kerugian dan menimbulkan bahaya, jika diterapkan dalam parenting. Dalam buku "Don't Be Angry, Mom: Mendidik Anak tanpa Marah" (2019), Nurul Afifah  menjelaskan dampak buruk luar biasa yang dialami anak akibat kemarahan orangtua. Nurul Afifah menyatakan, kemarahan orangtua berdampak negatif pada fisik maupun psikis anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun