Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dari Ramadan Lanjut Idulfitri, dari Medan Pelatihan Menuju Kesucian Hati

21 April 2023   10:20 Diperbarui: 21 April 2023   10:24 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Ramadan -- 30

Ternyata, amal yang berat justru amal hati. Ketika kita berpuasa, lebih mudah bagi kita untuk menahan lapar dan dahaga. Namun sulit bagi kita untuk meninggalkan hati yang berprasangka.

Saat melaksanakan shalat, mudah bagi kita untuk melakukan serangkaian gerakan disertai bacaan. Namun sulit bagi kita untuk membuat hati berkonsentrasi. Sangat sering kita lalai.

Demikian pula kata-kata maaf, mudah sekali terucap. Tapi sangat sulit bagi kita untuk benar-benar membersihkan hati dari dendam dan dengki serta sakit hati. Kata maaf terungkap berkali-kali, namun bekas sakit dan dendam masih tersimpan di dalam hati.

Wajar, jika Allah memberikan balasan sangat besar bagi hamba yang mampu membersihkan hati. Karena ternyata amal hati memang istimewa. Tak sembarang orang mampu melakukannya dengan sepenuh kehadiran jiwa.

Tindakan memaafkan adalah amal hati. Ini termasuk amal yang berat. Tidak tanggung-tanggung, Allah sediakan balasan yang tak terbatas, sesuai dengan kehendakNya. Firman Allah,

 

"Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim" (QS. Asy-Syura: 40).

Inilah mengapa Abdullah bin 'Amr bin 'Ash bisa menerima, bahwa Nabi saw memuji seorang laki-laki yang amal fisiknya biasa saja. Ternyata yang istimewa dari lelaki tersebut adalah amal hatinya.

Kisahnya disampaikan oleh sahabat Anas bin Malik. Ia bercerita bahwa para sahabat sedang duduk bersama Rasulullah saw di sebuah majelis. Saat itu Nabi saw bersabda,   'Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga.'

Tak lema kemudian maka munculah seorang lelaki dari kaum Anshar. Jenggotnya masih basah terkena air wudhu. Ia berjalan sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kiri.

Keesokan hari Nabi saw mengucapkan perkataan yang sama di majelis para sahabat. 'Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga.' Ternyata munculah lelaki itu lagi, dengan kondisi yang sama seperti kemarin.

Keesokan harinya lagi --hari yang ketiga, Nabi saw masih mengucapkan perkataan yang sama. Ternyata muncul juga orang yang sama dengan kondisi yang sama pula.

Tatkala Nabi telah pergi dari majelis, Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash mengikuti lelaki tersebut. "Wahai paman, aku sedang ada masalah dengan ayahku,  dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Apakah aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?" Lelaki tersebut menjawab, "Silakan."

Abdullah bin 'Amr bin 'Ash menginap di rumah lelaki tersebut selama tiga malam. Sepanjang waktu itu, ia sama sekali tidak melihat lelaki tersebut mengerjakan shalat malam. Hanya saja jika ia terjaga di malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur maka ia pun berdzikir kepada Allah dan bertakbir, hingga akhirnya bangun untuk shalat Shubuh.

Abdullah bin 'Amr menceritakan, 'Aku tidak pernah mendengarnya berucap, kecuali kebaikan.'

Hingga berlalu tiga hari dan tiga malam. Abdullah bin 'Amr berkata kepada lelaki tersebut, 'Wahai paman, sesungguhnya tidak ada masalah antara aku dan ayahku, apalagi boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah saw berkata sebanyak tiga kali bahwa akan muncul kepada kami seorang penduduk surga. Ternyata engkaulah yang muncul. Maka aku ingin menginap bersamamu untuk melihat apa amalanmu untuk aku teladani".

"Namun aku tidak melihatmu banyak beramal," lanjut Abdullah. "Jadi hal apakah yang telah membuatmu memiliki keistimewaan sehingga disebut-sebut oleh Nabi saw sebagai penghuni surga?' Lelaki itu menjawab, 'Tidak ada. Hanya amal seperti yang telah engkau lihat.'

Abdullah bin 'Amr mlanjutkan ceritanya,

: .

'Tatkala aku berpaling pergi, ia pun memanggilku dan berkata bahwa amalannya hanyalah seperti yang terlihat. Hanya saja ia tidak memiliki perasaan dendam dalam hati kepada seorang pun dan ia tidak pernah hasad kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain.'

Abdullah berkata, 'Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga), dan inilah yang kami tidak mampu memiliki" (HR. Ahmad, 3: 166).

Sungguh berat amal hati. Dengan segala ketulusan dan kerendahhatian, lelaki itu menyatakan, "Amalku hanyalah seperti yang telah engkau lihat". Ini jelas sebuah bentuk tawadhu' yang luar biasa.

"Hanya saja, lelaki itu tidak memiliki perasaan dendam di dalam hati kepada seorang pun, dan ia tidak pernah hasad kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain", demikian penuturan Abdullah bin 'Amr.

Ramadan melatih kita untuk menahan. Maka Idulfitri menjadi medan pembuktian, apakah kita sudah terbukti mampu menahan.

Apakah kita sudah mampu menahan marah? Apakah kita sudah mampu menahan hati agar tidak benci dan sakit hati? Apakah kita sudah mampu menahan hati agar tidak iri, dengki dan dendam kepada orang lain? Apakah kita sudah mudah meminta maaf dan memaafkan?

Dari Ramadan, lanjut Idulfitri. Dari medan pelatihan, menuju kesucian hati. Semoga dimudahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun