Abdullah berkata, 'Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga), dan inilah yang kami tidak mampu memiliki" (HR. Ahmad, 3: 166).
Sungguh berat amal hati. Dengan segala ketulusan dan kerendahhatian, lelaki itu menyatakan, "Amalku hanyalah seperti yang telah engkau lihat". Ini jelas sebuah bentuk tawadhu' yang luar biasa.
"Hanya saja, lelaki itu tidak memiliki perasaan dendam di dalam hati kepada seorang pun, dan ia tidak pernah hasad kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain", demikian penuturan Abdullah bin 'Amr.
Ramadan melatih kita untuk menahan. Maka Idulfitri menjadi medan pembuktian, apakah kita sudah terbukti mampu menahan.
Apakah kita sudah mampu menahan marah? Apakah kita sudah mampu menahan hati agar tidak benci dan sakit hati? Apakah kita sudah mampu menahan hati agar tidak iri, dengki dan dendam kepada orang lain? Apakah kita sudah mudah meminta maaf dan memaafkan?
Dari Ramadan, lanjut Idulfitri. Dari medan pelatihan, menuju kesucian hati. Semoga dimudahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H