Kisah Ramadan -- 3
Salah satu kecenderungan manusia adalah mengumpulkan banyak harta. Mereka berlomba-lomba dan bermegah-megahan dengan banyaknya harta, sebagaimana peringatan Al-Qur'an,
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur" (QS. At-Takatsur: 1-2).
Padahal, apa yang mereka anggap banyak itu, sebenarnya sedikit. Ketika mereka berhasil mengumpukan kekayaan yang melimpah ruah, lalu mereka merasa sudah memiliki banyak harta, sebenarnya itu hanya sedikit.
"Dunia seluruhnya itu hanya sedikit", ujar Ibnu Sammak, seorang ulama hadits Irak (wafat 344 H). Jadi, seandainya manusia berhasil mendapatkan semua kekayaan yang ada di muka bumi ini, sebenarnya hanya sedikit.
Padahal tak ada manusia yang bisa mendapatkan semua kekayaan yang ada di muka bumi. Mereka hanya mendapatkan sebagian saja, itupun dengan jalan yang berliku dan susah payah. Jika dunia seluruhnya itu sedikit, kalau hanya mendapatkan sebagian saja, berarti lebih sedikit lagi.
Ibnu Sammak berkata,
"Dunia itu seluruhnya sedikit. Dan yang masih tersisa darinya sedikit. Bagianmu dari sisa itu juga sedikit. Dan tidak tersisa dari bagianmu yang sedikit itu melainkan sedikit. Engkau sekarang berada di negeri kesabaran. Besok, engkau akan berada di negeri jaza' (pembalasan). Maka belilah dirimu (dengan melakukan amalan shalih), semoga engkau selamat" (Siyar A'lam An-Nubala', 8/330).
Nama lengkapnya adalah Abu 'Amr 'Utsman bin Ahmad Al-Baghdadi Al-Daqaq, lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Sammak. Beliau adalah seorang ulama besar yang diakui kedalaman ilmuannya. Sikap hidupnya sangat berhati-hati terhadap dunia.
"Dunia itu seluruhnya sedikit", ujar Ibnu Sammak mengingatkan kita. Manusia sejak generasi pertama sampai dengan hari ini telah menikmati kekayaan dunia. Maka yang ada sekarang ini tinggal sisa saja.
"Dan yang masih tersisa darinya hanya sedikit", lanjut Ibnu Sammak. Seluruh dunia saja sedikit, apalagi yang tersisa. Sudah berapa banyak manusia tinggal di dunia dan menikmati kekayaan dunia. Makin hari makin terkuras, hingga tinggal sisa saja.
Sisa-sisa kekayaan yang ada di muka bumi ini dimanfaatkan oleh banyak manusia yang hidup saat ini. Maka, "Bagianmu dari sisa itu juga sedikit," ungkap Ibnu Sammak. Manusia harus rela berbagi dari yang sedikit itu, untuk dinikmati bersama. Jadi mereka menikmati hidup dari sisa yang tinggal sedikit.
"Dan tidak tersisa dari bagianmu yang sedikit itu melainkan sedikit", tambahnya. Pada akhirnya, generasi mendatang akan mendapatkan sisa-sisa dari yang kita manfaatkan sekarang. Mereka hanya akan mendapatkan sedikit. Semua manusia, hanya menemukan sedikit dunia.
Jadi, apa yang bisa dibanggakan manusia dengan yang sedikit itu? Patutkah manusia bersikap sombong, sementara ia hanya berbekal sesuatu yang sedikit? Mereka hanya menikmati sisa-sisa yang sedikit. Mereka hanya menyisakan untuk generasi mendatang, warisan yang sedikit. Lalu apa yang bisa disombongkan oleh manusia yang serba sedikit ini?
Allah telah menyampaikan hakikat perbandingan dunia dengan akhirat. Bahwa kenikmatan hidup di dunia ini dibandingkan akhirat hanyalah sedikit.
"Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit" (QS. At-Taubah: 38).
Rasulullah saw juga telah memberikan metafora yang sangat jelas. Bahwa dunia seluruhnya ini hanyalah sedikit.
"Tidaklah dunia dibandingkan akhirat itu melainkan seperti ketika seorang dari kalian mencelupkan telunjuknya ke lautan, maka lihatlah apa yang tersisa (di tangannya)" (HR. Muslim).
Air laut itu sangat banyak. Itulah gambaran akhirat. Sedangkan dunia hanyalah air yang tersisa di tangan saat kita menyelupkan telunjuk tangan ke dalam air laut. Tentu sangat sedikit. Itulah dunia.
Maka berhentilah bersikap congkak, sombong dan besar kepala. Karena seberapapun dunia engkau dapatkan, itu hanya sedikit. Seberapapun kekayaan yang ada padamu, itu hanya sedikit.
Akhirat, itulah yang banyak. Di sana ada banyak kenikmatan --tak terbatas. Di sana juga ada banyak siksa, tak terbatas. Di sana ada banyak bahagia, tak terhitung jumlahnya. Di sana juga ada banyak derita, tak terhingga besarnya.
"Engkau sekarang berada di negeri kesabaran. Besok engkau akan berada di negeri jaza' (pembalasan). Maka belilah dirimu (dengan melakukan amalan shalih), semoga engkau selamat," ungkap Ibnu Sammak.
Bahan Bacaan
Isruwanti Ummu Nashifa, Saat Harga Kebutuhan Semakin Melonjak, https://muslimah.or.id, 2 Oktober 2022
Muhammad Afiq Zahara, Doa Pengakuan Imam Ibnu Sammak, https://uninus.ac.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H